Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Berada di Titik Tertinggi dalam 2 Bulan Terakhir

Berbagai faktor berpengaruh, mulai dari kesepakatan OPEC+, kenaikan harga ekspor Arab Saudi, hingga normalisasi permintaan.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia pada Senin (8/6/2020) hari ini kembali mengalami kenaikan ditopang sejumlah faktor.

Untuk minyak mentah jenis Brent misal, sempat mengalami peningkatan harga 50 sen atau setara 1,2 persen menjadi US$42,8 per barel. Adapun, harga minyak West Texas Intermediate naik 31 sen atau setara 0,8 persen menjadi US$39,86 per barel. 

Kenaikan-kenaikan harga tersebut, menurut laporan Bloomberg, membuat harga minyak berada di level tertinggi sejak penurunan besar-besaran yang terus terjadi per 6 Maret 2020. Bloomberg Economic meyakini ada tiga pemicu kenaikan konsisten ini.

Faktor pertama adalah keputusan OPEC+ memperpanjang pembatasan produksi selama 1 bulan ke depan, yang disepakati lewat pertemuan akhir pekan lalu. Tak cuma Arab Saudi dan Rusia, negara-negara yang sebelumnya disinyalir melanggar macam Irak dan Nigeria sudah menggaransi komitmen mereka atas kesepakatan baru ini.

Faktor pemicu kedua adalah kenaikan harga ekspor minyak yang diterapkan Arab Saudi. Negara penghasil minyak nomor satu di dunia tersebut, lewat Aramco, menaikkan harga minyak untuk pasar Asia secara bervariasi dengan kisaran peningkatan US$5,6 - US$7,3 per barel sejak akhir pekan lalu, hanya beberapa jam setelah kesepakatan OPEC+ diteken.

Kemudian penyebab ketiga adalah terus menaiknya permintaan minyak menyusul pelonggaran pembatasan sosial di berbagai negara. China sejauh ini tercatat sebagai negara dengan lonjakan permintaan tertinggi, menyusul status negara tersebut sebagai negara pertama yang mampu bebas dari pembatasan sosial secara keseluruhan.

Kendati demikian, Bloomberg meyakini masih ada sejumlah faktor yang bisa menghambat kenaikan lebih tinggi dalam sebulan ke depan. Faktor yang terkuat adalah perang dagang antara AS dan China.

Selain itu, perkembangan kondisi di Libya pasca-perang dingin juga bisa mempengaruhi dinamika harga minyak. Di negara tersebut, pekan ini produksi minyak sudah dimulai setelah 5 bulan mangkrak, dengan target produksi awal 30.000 barel per hari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper