Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Sekuritas: Minat Investor Terhadap Obligasi Global Indonesia Tinggi

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro mengatakan, pasar obligasi global Indonesia sangat menarik di mata Investor. Hal tersebut karena, secara makro, ekspektasi pertumbuhan Indonesia relatif baik dibandingkan dengan negara-negara lain karena penggerak ekonomi lebih banyak dari domestik.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Obligasi global (global bonds) Indonesia dinilai menjadi pilihan investasi yang mumpuni ditengah pandemi virus corona.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro mengatakan, pasar obligasi global Indonesia sangat menarik di mata Investor. Hal tersebut karena, secara makro, ekspektasi pertumbuhan Indonesia relatif baik dibandingkan dengan negara-negara lain karena penggerak ekonomi lebih banyak dari domestik.

Faktor tersebut diikuti dengan terjaganya inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan yang menyebabkan nilai tukar rupiah relatif stabil sekarang. Lebih lanjut, komitmen pemerintah untuk tetap menerapkan prudent fiscal management di jangka panjang—dengan menargetkan defisit fiskal anggaran balik ke -3 persen PDB di 2023—juga merupakan faktor positif di mata investor.

Ia melanjutkan, penerbitan obligasi global merupakan peluang bagi korporasi Indonesia untuk mendapatkan eksposur di pasar internasional.

"Korporasi Indonesia dapat meraih berbagai keuntungan dan manfaat dari penerbitan obligasi global, antara lain, mendapatkan likuiditas dolar AS dari partisipasi investor global, memperluas basis investor, serta memperbesar struktur utang korporasi," katanya dikutip dari keterangan resmi, Senin (8/6/2020).

Dannif melanjutkan, saat ini adalah waktu yang tepat bagi perusahaan Indonesia untuk menerbitkan obligasi global. Hal ink karena likuiditas global yang tinggi karena stimulus bank sentral AS, The Federal Reserve Bank, yang agresif dengan penurunan suku bunga menjadi 0 persen.

Kebijakan ini, lanjutnya, membuat obligasi yang memiliki investment grade dan yield tinggi akan menjadi pilihan menarik bagi para investor global. Dannif meyakini Indonesia masih sangat dipercaya oleh investor asing meskipun kondisi pasarnya tengah terguncang akibat pandemi virus corona.

Kepercayaan tersebut terlihat pada bulan Mei, di mana tiga perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sukses menerbitkan obligasi global dengan sambutan positif dari pasar.

PT Hutama Karya (Persero) pada 4 Mei 2020 menerbitkan instrumen obligasi global pertama dalam sejarah perseroan dengan nilai US$600 juta. Global bonds dengan jangka waktu 10 tahun dengan kupon 3,75 persen ini disambut antusias investor pasar di 3 Benua, diantaranya Asia sebesar 42 persen, Eropa, Timur Tengah dan Afrika sebesar 30 persen dan Amerika sebesar 28 persen.

"Bahkan obligasi global ini berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hampir 5,8 kali," katanya.

Setelah itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sukses menerbitkan instrumen obligasi global senilai US$500 juta. Dalam proses penawarannya, obligasi Bank Mandiri mencatatkan oversubscribed hampir 5 kali.

Investor yang menyerap obligasi global Bank Mandiri berasal dari Asia sebanyak 66 persen dan 34 persen dari Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Serikat. Sementara kupon yang ditawarkan oleh Bank Mandiri sebesar 4,75 persen dengan tenor 5 tahun.

BUMN teranyar yang menerbitkan global bonds adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum. Perusahaan ink menerbitkan obligasi global senilai US$2,5 miliar pada 12 Mei 2020 dengan oversubscribed sebanyak 6,4 kali.

Dalam penawaran obligasi global ini, Inalum menawarkan tiga porsi (tranches), yaitu 5 tahun dengan kupon 4,75 persen, 10 tahun dengan kupon 5,45 persen, dan 30 tahun dengan kupon 5,8 persen.

Ia mengatakan, dilihat dari perekonomian dunia, peluang penerbitan obligasi global kembali terbuka sejak bulan April 2020, seiring dengan banjir stimulus oleh bank sentral negara-negara maju terutama oleh The Fed.

Setelah menurunkan suku bunga ke 0 persen, The Fed melakukan quantitative easing tidak terbatas, yakni melakukan pembelian obligasi korporasi investment grade dan tingkat imbal hasil tinggi, di luar US Treasuries dan mortgage.

"Kebijakan ini membuat balance sheet The Fed naik signifikan menjadi lebih dari US$7 triliun di bulan Mei," tambahnya.

Selain itu, The Fed juga menyediakan likuiditas USD dengan melakukan dollar line swap agreement dengan beberapa bank sentral. Hal ini berdampak terhadap penurunan persepsi risiko global, tercermin dari turunnya VIX index, DXY, dan TED spread.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper