Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Saham Terhenti, Wall Street Berakhir Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,34 persen atau 10,52 poin ke level 3.112,35, sedangkan indeks Nasdaq Composite melemah 0,69 persen atau 67,1 poin ke level 9.615,81.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Seriakt (AS) melemah pada akhir perdagangan Kamis (4/6/2020) karena investor mencari katalis baru selain rangkaian stimulus baru dan data ekonomi yang positif.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,34 persen atau 10,52 poin ke level 3.112,35, sedangkan indeks Nasdaq Composite melemah 0,69 persen atau 67,1 poin ke level 9.615,81.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average masih mampu bertahan menguat 0,05 persen atau 11,93 poin ke level 26.281,82 pada akhir perdagangan.

Setelah saham menguat tajam dalam sepekan terakhir, dan valuasi saham ke level tertinggi sejak tahun 2000, investor kini mencari katalis lanjutan karena bukti-bukti bahwa pembukaan kembali perekonomian dapan mengerek laba masih belum memuaskan investor.

"Saham-saham rebound dengan cepat dari posisi terendah pada 23 Maret dan karenanya wajar bila investor tidak percaya reli saham seperti ini akan terjadi lagi,” ungkap kepala analis pasar global Invnesto, Kristina Hooper, seperti dikutip Bloomberg.

"Pergerakan saham diperkirakan mulai melandai dan bergerak dalam rentang sempit dalam waktu dekat, hingga ada katalis yang mendorong saham menguat.

Investor tengah menunggu rencana stimulus ekonomi AS putaran selanjutnya, namun pejabat pemerintahan Trump menunda pembicaraan yang dijadwalkan pekan ini.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mencatat klaim pengangguran awal untuk program reguler negara mencapai 1,88 juta pada pekan yang berakhir 30 Mei, turun dari 2,13 juta pada pekan sebelumnya.

Klaim pengangguran pekan lalu berada merupakan yang pertama kali berada di bawah 2 juta sejak PHK terkait virus corona mulai terjadi secara massal pada pertengahan Maret. Perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan klaim mencapai 1,83 juta.

Sementara itu klaim lanjutan, yaitu jumlah warga Amerika yang sudah menerima tunjangan pengangguran, meningkat menjadi 21,5 juta dalam program-program negara minggu yang berakhir 23 Mei, berbanding terbalik dengan perkiraan analis yang memperkirakan penurunan.

Investor juga menantikan laporan pasar tenaga kerja AS pada hari Jumat, yang diperkirakan menunjukkan pengangguran AS melonjak menjadi 19,5 persen pada Mei, tertinggi sejak tahun 1930-an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper