Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Stimulus dan Pelonggaran Lockdown Bikin Bursa Eropa Menggeliat

Indeks Stoxx Europe 600 naik 0,8 persen di awal perdagangan, dipimpin perusahaan perjalanan dan perbankan.
Stoxx./ Alex Kraus - Bloomberg
Stoxx./ Alex Kraus - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Eropa menggeliat di awal Juni 2020 seiring dengan rencana European Central Bank mengucurkan stimulus besar-besaran untuk memulihkan perekonomian yang terhantam pandemi virus corona (Covid-19).

Dilansir dari Bloomberg, Senin (1/6/2020), indeks Stoxx Europe 600 naik 0,8 persen di awal perdagangan. Indeks Stoxx Europe 600  yang mewakili saham perusahaan-perusahaan di 17 negara kawasan Eropa. Perusahaan perjalanan dan bank memimpin kenaikan indeks Stoxx.

Kenaikan indeks Stoxx seturut dengan gairah pasar di Asia. Indeks TOPIX di Jepang naik 0,32 persen sedangkan CSI 300 Index di China naik 2,7 persen. Adapun indeks Hang Seng melonjak hampir 4 persen pada penutupan perdagangan hari ini.

Kenaikan Bursa Eropa terjadi di tengah rencana ECB mengucurkan program penyelamatan tambahan dengan aliran dana 500 miliar Euro. Hal itu dinilai akan menjadi kejutan besar di pasar keuangan.

Komisi Eropa dikabarkan akan mengusulkan dana pemulihan senilai €750 miliar (US$825 miliar) untuk membantu ekonomi Benua Biru melalui resesi mendalam yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19).

“Kesepakatan akhir diharapkan tercapai dalam pertemuan Dewan Uni Eropa berikutnya pada bulan Juni,” imbuhnya, dikutip dari Market Watch.

Investor tampaknya mengesampingkan tensi antara Amerika Serikat dan China, ketika pemerintah AS mempertimbangkan serangkaian sanksi untuk menghukum Beijing karena tindakannya terhadap Hong Kong, seperti dilaporkan Bloomberg News.

Optimisme pelaku pasar di Bursa Eropa lebih didorong oleh rencana pembukaan kembali perekonomian sejumlah negara, mulai dari Jepang hingga Australia dan AS. Kenaikan ekspektasi bisnis di Jerman memberikan secercah harapan tambahan untuk pasar saham.

"Satu ancaman besar bagi pemulihan pasar adalah meningkatnya perang retorika antara AS dan China," kata Shane Oliver, kepala analis investasi di AMP Capital Investors Ltd., seperti dikutip Bloomberg.

"Fokus utama kemungkinan akan tetap pada bukti yang berkelanjutan bahwa jumlah kasus Covid-19 baru sedang melambat di negara-negara maju, kemajuan menuju solusi medis, pembukaan kembali perekonomian, dan tanda-tanda bahwa kegiatan ekonomi sedang meningkat," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper