Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Ada New Normal, Tiga Sektor Ini Masih Dihantui Mimpi Buruk

Sektor pertambangan, ritel, dan penerbangan dinilai belum akan mengalami pemulihan dalam waktu cepat. Selain faktor domestik, kinerja sektor-sektor tersebut juga dipengaruhi faktor dari luar negeri.
Pengunjung berada di dekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung berada di dekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor pertambangan, ritel, dan penerbangan bisa sedikit bernafas lega dengan rencana penetapan kenormalan baru atau  New Normal. Namun, sekuritas menyebut jangan terlalu sumringah karena kinerja emiten belum tentu berubah dalam waktu cepat.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menyatakan meski membawa angin segar, kenormalan baru tidak akan segera memberi dampak signifikan dalam waktu dekat kepada tiga sektor itu. Pemulihan diperkirakan baru akan terjadi pada akhir tahun.

“Laporan kuartal II/2020 masih akan terlihat penurunan. Semester II/2020 terutama kuartal IV, diperkirakan baru akan terlihat pemulihannya, dengan asumsi ekonomi nasional mulai pulih,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).

Dia menjelaskan bahwa ketiga sektor ini mendapatkan pukulan yang cukup telak dari mewabahnya Covid-19. Bukan hanya terpukul pembatasan sosial di dalam negeri, beberapa sektor juga terkena imbas dari mewabahnya penyakit itu di luar negeri.

Dessy memaparkan sektor pertambangan menjadi salah satu sektor yang paling terpukul. Wabah Covid-19 berimbas pada penurunan volume ekspor seiring menurunnya permintaan di negara-negara tujuan.

“Meskipun sekarang diharapkan mulai recover, namun proyeksi kami belum akan naik signifikan karena negara-negara tersebut juga masih lebih mengutamakan produksi sendiri dulu baru impor,” katanya.

Selain itu dampak penurunan permintaan juga berimbas pada penurunan harga. Hal ini terjadi lantaran permintaan yang mayoritas berasal dari negara Asia Timur menurun signifikan. Harga rendah diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir 2020.

Sementara itu, untuk sektor ritel, dampak Covid-19 cukup beragam tergantung kemampuan masing-masing emiten. Perusahaan yang memiliki basis konsumen daring mumpuni masih relatif dapat bertahan.

Secara umum permintaan untuk pasar ritel diperkirakan mengalami penurunan. Akan tetapi, emiten seperti MAPI dengan basis konsumen daring yang baik masih bisa menjaga performa penjualannya.

Kondisi sebaliknya terjadi pada emiten lain seperti RALS. Dengan mayoritas konsumen yang masih mengandalkan belanja secara fisik, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ibarat kiamat dini.

“PSBB ini sangat berdampak terhadap volume penjualan RALS. Hal ini mulai terlihat pada kuartal I/2020 dari banyaknya jumlah karyawan yang dirumahkan oleh perusahaan,” katanya.

Kiamat dini akibat Covid-19 juga menjadi kenyataan yang dihadapi industri penerbangan karena volume penumpang turun drastis. Celakanya, model bisnis industri ini sangat bergantung pada volume.

Dengan adanya New Normal, dan pembukaan sejumlah rute sektor aviasi memang mendapatkan angin segar. Namun, menurutnya, perlu dicermati seberapa signifikan pertambahan volume penumpang berkat kebijakan itu.

“Meskipun beberapa jalur masih sempat dibuka, namun apabila volume penumpangnya sedikit, dengan cost yang sama, maka tetap merugikan bagi maskapai,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper