Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh, Laba Semen Baturaja (SMBR) Ambrol 60,47 Persen 

Laba Semen Baturaja turun seiring dengan pendapatan penjualan yang stagnan dan di sisi lain sejumlah pos beban meningkat.
Pabrik Semen Baturaja di Sumatra Selatan./semenbaturaja.co.id
Pabrik Semen Baturaja di Sumatra Selatan./semenbaturaja.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. membukukan penurunan laba sebesar 60,47 persen pada 2019 akibat mandeknya penjualan serta membengkaknya beban perseroan.

Emiten berkode saham SMBR ini membukukan laba bersih sebesar Rp30,07 miliar pada 2019. Perolehan laba ini anjlok 60,47 persen dari laba pada 2018 yang mencapai Rp76,07 miliar.

Salah satu pangkal dari anjloknya kinerja perseroan adalah penjualan yang relatif stagnan. Hal ini terlihat dari pendapatan perseroan yang hanya tumbuh 0,19 persen menjadi Rp1,99 triliun.

Meski begitu perseroan masih dapat membukukan laba kotor sebesar Rp847,88 miliar pada 2019, naik 23,81 persen. Penyebabnya adalah penurunan beban pokok sebesar 12,76 persen menjadi Rp1,12 triliun.

Biarpun laba kotor tumbuh, perseroan tidak dapat menularkannya kepada pertumbuhan laba bersih. Bottom line perseroan harus terkoreksi lantaran beban usaha dan beban nonusaha yang meningkat.

Secara total, emiten yang beroperasi di wilayah Sumatra Selatan ini mengalami kenaikan beban usaha 39,6 persen, menjadi Rp640,94 miliar. Pendorong utamanya adalah kenaikan beban penjualan 88,73 persen menjadi Rp341,7 miliar.

Ditambah lagi, perseroan harus menanggung beban keuangan sebesar Rp157,6 miliar, naik 32,84 persen secara tahunan. Kenaikan beban keuangan diikuti dengan penurunan pendapatan keuangan 37,97 persen yang kian membuat profit tertekan.

Kinerja tak mengesankan itu diperkirakan akan kembali berlanjut pada tahun ini. Pasalnya, penjualan perseroan mengalami penurunan cukup signifikan hingga kuartal I/2020.

Corporate Secretary Semen Baturaja Basthony Santri menyatakan bahwa penjualan menurun sekitar 15 persen hingga Maret. Hal ini sejalan dengan menurunnya permintaan semen akibat beberapa hal, salah satunya tertundanya sejumlah proyek pembangunan di Sumbagsel.

“Penjualan SMBR telah terkoreksi sebesar 15 persen, seiring dengan penurunan permintaan semen di Sumbagsel yang menjadi pasar basis SMBR karena beberapa proyek yang tertunda pelaksanaannya akibat dari musim hujan di awal tahun,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).

Dia menambahkan pelaksanaan proyek yang tertunda pada periode tersebut juga disebabkan oleh mulai merebaknya pandemi virus corona atau Covid-19. Pandemi ini membuat mobilitas manusia berkurang, termasuk untuk pekerjaan konstruksi.

Perseroan juga terus mengevaluasi dampak yang ditimbulkan dari pandemi tersebut jika terus mewabah dan tak tertangani. Dari sisi operasional, perseroan juga mulai melakukan pencegahan guna menghindarkan tenaga kerjanya dari pandemi itu.

“Dampak meluasnya wabah Covid-19 terhadap permintaan semen Nasional sepanjang 2020 diperkirakan akan menyebabkan koreksi 8 persen—22 persen,” katanya.

Mencermati prospek penjualan yang kian suram, perseroan juga turut melakukan penyesuaian terhadap target penjualan. Namun, dia enggan merinci detail target baik sebelum maupun setelah direvisi.

“Selain itu, untuk menunjang kinerja di 2020, kami melakukan efisiensi biaya operasional dan penyesuaian pelaksanaan sejumlah anggaran belanja,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper