Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'New Normal' Belum Tentu Bikin Kinerja Emiten Kembali Normal

Seberapa signifikan serta berapa lama waktu yang diperlukan bagi emiten untuk memulihkan kinerja masihmenjadi pertanyaan besar buat investor.
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (tengah) dan Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz meninjau kesiapan penerapan prosedur standar New Normal di Mal dan Stasiun MRT/Antara Foto - Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (tengah) dan Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz meninjau kesiapan penerapan prosedur standar New Normal di Mal dan Stasiun MRT/Antara Foto - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Kenormalan baru atau new normal dinilai akan menjadi angin segar bagi hampir seluruh emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Aktivitas usaha yang sempat lesu karena ada pembatasan sosial diprediksi berangsur pulih. Namun, pemulihan disebut tidak akan terjadi dalam sekajap mata.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan dampak wacana normal baru lebih bersifat psikologis. Investor mulai percaya diri bahwa ekonomi tidak akan selamanya terhenti.

Hal ini membuat euforia di pasar saham Indonesia. Wacana serupa di sejumlah negara lain turut membuat dampak new normal kian kuat terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Tidak bisa dipungkiri, faktor global dengan isu yang sama juga mendorong penguatan bursa global, jadi sangat linier pergerakan IHSG dengan bursa besar di negara lain,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (20/5/2020).

Dia menilai, dampak sentimen normal baru tidak akan bertahan lama dan pasar akan membutuhkan sentimen lain untuk melanjutkan tren positif selepas Mei. Bagaimanapun, kenormalan baru tidak akan membawa kinerja ekonomi ke titik normal semula.

Sejumlah sektor properti, manufaktur, infrastruktur, ritel yang sangat terdampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diproyeksikan akan dapat memperbaiki kinerja. Seberapa signifikan serta berapa lama waktu yang diperlukan masih akan menjadi pertanyaan besar buat investor.

Menurut Alfred, pembukaan kembali aktivitas ekonomi justru akan lebih cepat membawa dampak pada sektor finansial. Geliat ekonomi diperkirakan akan lebih cepat memengaruhi kinerja intermediasi emiten perbankan.

Selain itu dia mengatakan sektor telekomunikasi dan sektor konsumer yang selama ini cukup kuat menghadapi pandemi juga akan menjadi pilihan utama investor. Selain lebih aman, new normal diharapkan akan semakin mendongkrak kinerja sektor tersebut.

Dihubungi terpisah Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. Anissa Septiwijaya mengatakan bahwa kenormalan baru akan berdampak positif terhadap hampir seluruh emiten di BEI.

“Dampak new normal ini bisa dibilang pelonggaran pembatasan jadi seharusnya bisa positif untuk hampir seluruh sektor bisnis karena aktivitas bisnis bisa dimulai kembali,” katanya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).

Menurutnya, pelaku pasar akan turut mempertimbangkan kondisi yang ditimbulkan selama PSBB. Pasalnya, setiap sektor mengalami yang berbeda dari pemberlakukan aturan tersebut.

Di sektor perunggasan misalnya, PSBB berdampak positif karena membuat stok ayam lebih rendah. Hal ini akan mengatrol harga ayam yang sempat tertekan pada bulan sebelumnya akibat permintaan flat.

“Sehingga, saat ini harga ayam juga sudah mulai pulih dari bulan sebelumnya yang di mana harganya jatuh cukup dalam,” ujarnya.

Sementara itu, untuk sektor operator seluler, pemberlakukan PSBB dan kebijakan kerja dari rumah juga menjadi pendorong kinerja. Peningkatan kinerja selama era PSBB akan mengontrol kinerja emiten operator seluler secara keseluruhan untuk 2020.

Sementara itu, di sektor semen, PSBB merontokkan permintaan di pasar domestik. Hal ni diperkirakan akan menekan kinerja emiten semen, setidaknya hingga semester I/2020.

Dia mengatakan bahwa pilihan saham top picks dari ketiga sektor ini perlu didasarkan pada kondisi fundamental dan seberapa besar diskon valuasinya sejauh ini. Menurutnya, TLKM, EXCL, dan SMGR menjadi emiten yang paling layak dikoleksi dari ketiga sektor itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper