Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Matahari Putra Prima (MPPA) Sebut Kontribusi Penjualan Daring Masih Kecil

Layanan penjualan online berkembangan pesat setelah pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kendati demikian, kontribusi terhadap total penjualan masih minim.
Gerai Hypermart Mall Bali Galeria, Kuta, buka lagi setelah direnovasi 2,5 bulan./Bisnis-Feri Kristianto
Gerai Hypermart Mall Bali Galeria, Kuta, buka lagi setelah direnovasi 2,5 bulan./Bisnis-Feri Kristianto

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel supermarket PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) menyatakan kontribusi pendapatan dari penjualan daring atau online untuk total omzet kuartal II/2020 masih tergolong kecil.

Director & Corporate Secretary Matahari Putra Prima Danny Kojongian mengakui jumlah pelanggan yang berbelanja di dalam supermarket memang berkurang kendati gerainya masih beroperasi selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Menurutnya, hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketatnya pemberlakuan PSBB dan penutupan beberapa pusat perbelanjaan. Hal itu disebut akan mempengaruhi ekspektasi total penjualan yang sudah dicanangkan perusahaan.

“Walaupun layanan online kami membantu namun kontribusi secara keseluruhan masih kecil dibandingkan yang belanja langsung karena masih baru diluncurkan di akhir Maret,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (28/5/2020).

Kendati demikian, emiten yang mengoperasikan gerai supermarket Hypermart, Foodmart, Primo, HyFresh, dan FMX tersebut juga menyatakan bahwa layanan daring memang cukup berkembang pesat sejak peluncurannya akhir Maret lalu.

Di sisi lain, perseroan juga menekankan hingga saat ini belum ada jalur distribusi yang terkendala akibat dari pemberlakuan PSBB.

Dikutip dari laporan keuangan konsolidasian per 31 Desember 2019 yang diterbitkan di website resmi perseroan, Selasa (12/5/2020), Matahari Putra Prima meraup penjualan bersih Rp8,65 triliun, melorot 19,06 persen dari capaian tahun sebelumnya.

Adapun, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun dari posisi Rp898,27 miliar menjadi Rp552,68 miliar pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper