Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Stimulus Jumbo Dorong Bursa Jepang Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (27/5/2020) indeks Topix ditutup dengan penguatan 0,96 persen atau 14,74 poin ke level 1.549,47. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 21.419,23 dengan penguatan 0,7 persen atau 148,06 poin.
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Jepang berhasil menguat pada hari ini seiring dengan rencana pemerintahan Shinzo Abe yang menyusun paket stimulus jumbo hingga triliunan yen.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (27/5/2020) indeks Topix ditutup dengan penguatan 0,96 persen atau 14,74 poin ke level 1.549,47. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 21.419,23 dengan penguatan 0,7 persen atau 148,06 poin.

Nikkei 500 juga menanjak 0,57 persen atau 12,35 poin menjadi 2.180,06.

Bursa saham Jepang melonjak setelah pemerintah setempat menyusun paket stimulus baru sebesar 117,1 triliun yen (sekitar US$1 triliun), termasuk belanja sejumlah 31,9 triliun yen.

Manager Portofolio Senior UBS Private Wealth Katerina Simonetti mengatakan bahwa penguatan yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir di pasar ekuitas merupakan indikasi bahwa investor semakin optimis terkait pembukaan kembali ekonomi dan pengembangan vaksin Covid-19.

"Kami berharap bahwa pada akhirnya akan mengarah ke normalisasi di pasar tetapi kami harus mengawasi potensi kemunculan kembali kasus-kasus virus baru, seperti potensi penyebaran gelombang kedua," ujar Simonetti seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (27/5/2020).

Hal itu pun tercermin dari data ekonomi terbaru yang menunjukkan bahwa pelonggaran lockdown telah meningkatkan kegiatan ekonomi di AS.

Namun, Kepala Ekonom dan ahli Strategi Global ADM Investor Services Marc Ostwald melihat narasi pasar yang cenderung menjadi katalis positif, saat ini perlahan sudah mulai bergeser untuk fokus terhadap sentimen negatif.

Investor sekarang mulai menimbang sentimen eskalasi ketegangan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang dapat mengancam perdagangan global di tengah periode pemulihan akibat pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper