Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo Revisi Outlook Kimia Farma (KAEF) Jadi Negatif

Perubahan prospek antara lain disebabkan oleh utang Kimia Farma yang tergolong tinggi.
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi outlook atau prospek emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dari stabil menjadi negatif seiring dengan antisipasi pelemahan struktur modal dan perlindungan arus kas. 

Menurut Pefindo, prospek Kimia Farma menjadi negatif karena utang jangka pendek yang digunakan untuk membiayai piutang jangka panjang tergolong tinggi. Per Desember 2019, utang perseroan mencapai Rp8,29 triliun, naik 70 persen dibandingkan dengan posisi 2018.

Dalam publikasinya, Pefindo juga memberikan rating “idAA-” untuk Kimia Farma, Medium Term Notes (MTN) Kimia Farma tahun 2017-2018, dan MTN tahun 2019, serta “idAA-(sy)” untuk MTN Syariah Mudharabah Kimia Farma tahun 2019.

Pefindo mencatat, Kimia Farma memang berencana menurunkan piutang mulai tahun 2020 dengan memperketat manajemen kreditnya dengan pelanggan. 

“Namun, kami berpandangan mungkin perlu waktu untuk menurunkan piutang secara signifikan,” jelas analis Emanuel Paco Tan dan Agung Iskandar dalam rilis publikasinya, Jumat (15/5/2020).

Peringkat perusahaan dinilai mencerminkan peran strategis Kimia Farma dalam menyediakan pasokan obat-obatan tertentu, posisi pasarnya yang kuat di industri farmasi, dan operasi bisnisnya yang terintegrasi.

Namun, peringkat perusahaan dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi, pelemahan proteksi arus kas, dan margin profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan farmasi terdaftar lainnya.

“Peringkat dapat diturunkan jika perusahaan tidak dapat meningkatkan leverage keuangan dan proteksi arus kas karena gagal memperpendek jangka waktu piutang dan mengelola tingkat inventory,” imbuh analis.

Peringkat tersebut juga dapat berada di bawah tekanan jika margin EBITDA perseroan menurun disebabkan oleh depresiasi rupiah, importasi bahan baku dan raihan pendapatan yang lebih rendah dari yang ditargetkan.

Kemudian, lembaga pemeringkat tersebut juga menekankan prospek produsen obat paracetamol tersebut bisa saja direvisi menjadi stabil jika perseroan berhasil menurunkan siklus kas operasionalnya dan pada saat yang bersamaan juga mengurangi tingkat utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper