Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Tren Pasar Asia, Bursa Jepang Ditutup Melemah

Pada perdagangan Jumat (22/5/2020) indeks Topix ditutup dengan pelemahan 0,9 persen atau 13,41 poin ke level 1.477,8. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 20.388,16 dengan koreksi 0,8 persen atau 164,15. Nikkei 500 juga koreksi 0,45 persen atau 9,44 poin menjadi 2.092,31.
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Jepang kompak mengalami pelemahan seiring dengan tren pelemahan Bursa Asia akibat memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China.

Pembalasan ini setelah Amerika Serikat bersikeras untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional Hong Kong yang disepakati merupakan wilayah China, tetapi saat ini memiliki peerintahan sendiri.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (22/5/2020) indeks Topix ditutup dengan pelemahan 0,9 persen atau 13,41 poin ke level 1.477,8. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 20.388,16 dengan koreksi 0,8 persen atau 164,15. Nikkei 500 juga koreksi 0,45 persen atau 9,44 poin menjadi 2.092,31.

Kepala Strategi Investasi BlueBay Asset Management LLP David Riley mengatakan bahwa risiko geopolitik kembali menghantui pasar dan akan menjadi sentimen negatif dalam beberapa perdagangan ke depan di tengah sentimen pandemi Covid-19 yang belum usai.

Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump bersikeras untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional Hong Kong sebagai buntut dari aksi demonstrasi yang terjadi pada tahun lalu.

Namun, Pemerintah China telah menanggapi tuduhan Presiden AS Donald Trump dan memperingatkan bahwa Negeri Panda itu akan menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingannya serta mengancam tindakan balasan.

Trump menyahut dengan mengancam untuk tidak ingin bernegosiasi dagang kembali dengan China. Kicauan ini menghancurkan optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang tahap kedua yang semula direncanakan dapat diselesaikan pada November tahun ini.

“Ini kekhawatiran besar bagi pasar bahwa hubungan dagang kembali memanas, dan ini merupakan sumber potensial lainnya untuk pelemahan dan koreksi aset-aset berisiko,” ujar Riley seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (22/5/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper