Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Jepang Melemah, Indeks Nikkei Koreksi Tipis

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix ditutup dengan pelemahan 0,23 persen atau 3,48 poin ke level 1.491,21 dengan pergerakan pada kisaran 1.487,74-1.501,43. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 20.552,31 dengan koreksi 0,21 peren atau 42,84. Nikkei 500 juga koreksi 0,16 persen atau 3,27 poin menjadi 2.101,75.
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Jepang mengalami koreksi pada penutupan perdagangan Kamis (21/5/2020) seiring dengan ketegangan AS-China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix ditutup dengan pelemahan 0,23 persen atau 3,48 poin ke level 1.491,21 dengan pergerakan pada kisaran 1.487,74-1.501,43.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 20.552,31 dengan koreksi 0,21 peren atau 42,84. Nikkei 500 juga koreksi 0,16 persen atau 3,27 poin menjadi 2.101,75.

Bursa Asia dan bursa berjangka Eropa dan Amerika Serikat tertekan pada Kamis (21/5/2020) siang seiring dengan sentimen pasar yang mengkhawatirkan memburuknya hubungan antara AS-China. Pelaku pasar pun menghindar dari aset berisiko seperti saham.

Dikutip dari Bloomberg, pasar saham Asia terkoreksi, sejalan dengan bursa berjangka AS dan Eropa. Senat AS mengesahkan Undang-Undang yang dapat melarang beberapa perusahaan China untuk listing di Bursa AS. Sementara Presiden Donald Trump dalam twit-nya menyampaikan kritik terhadap kepemimpinan China.

Senat AS menyetujui UU tersebut pada Rabu (20/5/2020), sehingga perusahaan kakap seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan Baidu Inc. dilarang terdaftar di bursa AS.

Di samping ketegangan AS-China, sentimen pasar sudah dibayangi oleh pertentangan mengenai kemungkinan vaksin untuk virus Covid-19. Seberapa jauh efek vaksin, dan kapan bisa edarkan secara luas menjadi pertanyaan besar. Pelaku pasar juga memantai pelonggaran lockdwon di sejumlah negara.

Dalam risalah FOMC 28-29 April 2020 yang dirilis Rabu (20/5/2020), para pejabat Federal Reserve juga melihat pandemi sebagai ancaman ekonomi yang parah dan memengaruhi stabilitas keuangan.

"Pasar kembali memantau hubungan AS-China yang bisa menambah risiko. Pandemi dan penurunan ekonomi juga membuat komitmen perdagangan AS-China sulit terpenuhi," papar Stephen Innes, chief global market strategist AxiCorp.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper