Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak Akibat Peningkatan Ekspektasi Permintaan

Pada perdagangan Selasa (19/5/2020) pukul 06.00 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa New York bergerak menguat 4,49 persen ke level US$33,25 per barel, sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 di bursa ICE naik 7,11 persen ke level US$34,81 per barel.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menanjak ke level tertinggi sejak pertengahan Maret seiring dengan potensi pemulihan permintaan dan progres vaksin virus coronna yang memicu ekspektasi pemulihan ekonomi.

Pada perdagangan Selasa (19/5/2020) pukul 06.00 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa New York bergerak menguat 4,49 persen ke level US$33,25 per barel, sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 di bursa ICE naik 7,11 persen ke level US$34,81 per barel.

Mengutip Bloomberg, trader melaporkan konsumsi minyak China sudah mencapai 13 juta barel per hari, sedikit di atas volume tahun sebelumnya. Permintaan minyak di AS juga kemungkinan bertumbuh karena pembukaan lockdown dalam waktu dekat, termasuk wilayah utama seperti New York.

Sebelumnya harga minyak sudah terdorong oleh sentimen pengurangan produksi AS yang mengurangi jumlah rig aktif ke level terendah lebih dari satu dekade. Rusia dan OPEC + juga mengetatkan produksi dan pemotongan pasokan baru mencapai rekor terbesar.

Bahkan, jumlah ekspor dari OPEC + sudah turun 6,4 juta barel per hari sepanjang bulan ini. Arab Saudi misalnya, mengurangi ekspor ke tiga pelanggan di Asia, meskipun konsumen memintanya.

Namun demikian, permintaan minyak masih dalam tahap pemulihan dan cenderung masih rapuh. Harga sudah anjlok 48 persen tahun ini, dan pasar menantikan dampak vaksin corona, sekaligus kekhawatiran penularan wabah gelombang kedua.

"Pemulihan permintaan cukup positif. Masalahnya ialah bagaimana pembukaan lockdown mengarahkan kepada virus gelombang kedua, sehingga ekonomi kembali bergejolak," papar Stewart Glickman, analis saham energi CFRA Reseacrh di New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper