Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Modal Bergejolak, Begini Strategi Danareksa Investment Management  

Per April 2020 perseroan menempatkan 62 persen dari dananya dalam instrumen berbasis suku bunga sedangkan 30 persen lainnya dialokasikan ke instrumen investasi alternatif. Hanya 8 persen yang diinvestasikan ke instrumen berbasis saham.
President Director Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba (kiri) dan Managing Director DIM Upik Susiyawati (kanan) usai berjumpa awak media di Jakarta, Selasa (10/3/2020)./Dhiany Nadya Utami
President Director Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba (kiri) dan Managing Director DIM Upik Susiyawati (kanan) usai berjumpa awak media di Jakarta, Selasa (10/3/2020)./Dhiany Nadya Utami

Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah di kondisi pasar modal yang masih bergejolak, PT Danareksa Investment Management memilih untuk menerapkan strategi defensif dalam mengatur dana kelolaan.

Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P Tamba mengatakan saat ini pihaknya cenderung defensif dengan profil risiko yang lebih konservatif dalam mengatur alokasi dana kelolaan yang dipercayakan ke DIM.

Tercatat, per akhir April 2020 perseroan menempatkan 62 persen dari dananya dalam instrumen berbasis suku bunga sedangkan 30 persen lainnya dialokasikan ke instrumen investasi alternatif. Hanya 8 persen yang diinvestasikan ke instrumen berbasis saham.

Menurutnya, saat ini DIM lebih fokus pada produk reksa dana berbasis suku bunga karena cenderung lebih stabil di saat kondisi pasar yang bergejolak seperti saat ini. 

Sejalan dengan mayoritas produk perseroan merupakan produk tertutup (close end) seperti reksa dana terproteksi yang mana portofolio mayoritasnya merupakan obligasi dan efek hutang.

“Dengan masih sulitnya menebak-nebak kemana arah ekonomi di saat ini, saya pikir strategi defensif masih sangat diperlukan,” ujarnya dalam paparan yang dilakukan melalui video streaming, akhir pekan lalu.

Untuk instrumen berbasis suku bunga, jelas Marsangap, sebagian besar dana DIM dialokasikan ke obligasi pemerintah, kemudian obligasi korporasi dengan rating minimal AA, MTN dengan rating BBB, dan sisanya mengalir ke saham privat, saham publik, serta deposito.

“Mayoritas instrumen yang DIM pilih merupakan yang berkualitas tinggi. Obligasi korporasi kita pilih yang rating-nya tinggi-tinggi, untuk obligasi pemerintah kita juga nggak muluk-muluk mau memperpanjang durasi,” tuturnya.

Sementara untuk yang berbasis saham—meski alokasinya tak besar— Marsangap mengatakan mereka juga bermain konservatif dengan berinvestasi hanya di saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi penghuni indeks LQ45.

Namun, di antara saham-saham big caps tersebut, DIM cenderung menghindari saham perbankan karena saat ini dinilai cukup menjadi pemberat. Alih-alih, DIM memilih saham-saham di sektor lain yang cukup stabil.

Marsangap cukup optimistis strategi ini dapat membuat perseroan bertahan. Menurutnya, sejak lama DIM memang termasuk manajer investasi yang konservatif dalam mengelola dana nasabah. 

“Sikap konservatif terutama dalam risk management ini membuat kita bertahan di TOP 10 MI, bertahan dari tahun sebelumnya. Proses risk management ini akan menjadi DNA kita seterusnya,” tukas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper