Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terdampak Covid-19, Begini Proyeksi Penjualan Semen Solusi Bangun Indonesia (SMCB)

Penjualan semen diestimasi susut karena pembatasan sosial berskala besar menghambat pengerjaan proyek. Di samping itu, penjualan turun karena kuartal II/2020 bertepatan dengan momen ramadan yang secara historis merupakan periode penjualan paling rendah.
Pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. di Narogong, Kabupaten Bogor. Solusi Bangun Indonesia merupakan entitas baru setelah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mengambil alih kepemilikan Semen Holcim dari Lafarge Cement. Adapun saat didirikan, perusahaan ini bernama Semen Cibinong./solusibangunindonesia.com
Pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. di Narogong, Kabupaten Bogor. Solusi Bangun Indonesia merupakan entitas baru setelah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mengambil alih kepemilikan Semen Holcim dari Lafarge Cement. Adapun saat didirikan, perusahaan ini bernama Semen Cibinong./solusibangunindonesia.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB) memperkirakan penjualan semen di kuartal II/2020 akan melandai. Di samping terdampak pandemi virus corona (Covid-19), perlambatan diestimasi terjadi karena siklus tahunan.

Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto mengatakan konsumsi semen akan susut di kuartal II/2020 karena aktivitas masyarakat dibatasi lewat kebijakan pembatasan sosial berskala besar. PSBB dinilai menghambat pengerjaan proyek-proyek pembangunan.

“April lebih tertekan. Hampir semua daerah PSBB [pembatasan sosial berskala besar], pasti akan berpengaruh di konstruksi, jadi konsumsi semennya tidak maksimal,” ujarnya pada Kamis (14/5/2020).

Agung mengakui, dampak pandemi Covid-19 lebih terasa pada kuartal II/2020. Adapun sepanjang kuartal I/2020, guncangan terhadap pasar  disebabkan oleh curah hujan tinggi. Kondisi ini membuat banyak proyek pembangunan terhenti sehingga penjualan semen ikut susut.

Dalam jangka pendek, atau pada kuartal II/2020, menurutnya penurunan penjualan juga akan terjadi lantaran adanya siklus lebaran. Setiap tahun, lanjutnya, periode ini selalu menjadi periode dengan jumlah penjualan paling rendah.

“Semen itu siklusnya lebaran itu pasti menjadi konsumsi terendah sepanjang tahun, dan lebaran ya bulan ini, ini kebetulan pas lebaran ini pasti rendah. Jadi ke depan mungkin akan lebih challenging,” ujarnya.

Secara umum hingga akhir 2020, Agung memperkirakan kinerja industri semen tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Dampak Covid-19 diperkirakan akan lebih berat ketimbang dampak pemilu yang terjadi pada 2019.

Dia menyampaikan pihaknya juga masih mengkaji sejumlah target kinerja pada tahun ini untuk mengantisipasi dampak Covid-19. Meski begitu, dia tetap optimistis kinerja penjualan emiten bersandi saham SMCB itu akan segera membaik setelah pandemi Covid-19 berlalu.

SMCB juga tengah merealisasikan masuknya investor baru dari Jepang lewat penerbitan saham baru. Perseroan bakal terlebih dahulu menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Juli—Agustus 2020 untuk melancarkan aksi korporasi tersebut.

Pada perdagangan hari ini, saham SMCB ditutup di level 1.085 atau naik 3,83 persen. Harga saham perseroan sempat meroket dari level Rp835 per saham ke Rp1.385 per saham pasca pengumuman rencana divestasi saham pada 22 April 2020 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper