Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Turun Hampir 1 Persen, Sektor Tambang Terkoreksi Paling Minim

IHSG mengalami koreksi lanjutan pada perdagangan Rabu (13/5/2020), dipicu kekhawatiran investor terhadap pelonggaran lockdown. Di sisi lain, sektor pertambangan hanya terkoreksi tipis. Koreksi bisa dibendung sentimen positig pengesahan Undang-undang Minerba.
Pengunjung melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com JAKARTA—Indek Harga Saham Gabungan terkoreksi 0,75 persen ke level 4.554,39 pada perdagangan hari ini, Rabu (13/5/2020). Seluruh sektor amblas dan sektor pertambangan tercatat mengalami koreksi paling minim.

Sejak pasar dibuka IHSG terpantau melanjutkan pelemahan dari hari sebelumnya. Indeks bergerak di zona merah pada rentang 4519,97—4586,62 hingga akhirnya parkir di level 4554,35, atau turun 0,75 persen dibanding perdagangan kemarin.

Hanya 142 saham yang menghijau sedangkan 246 saham memerah, dan 150 saham stagnan. Sementara jumlah transaksi yang terjadi sepanjang perdagangan mencapai Rp5,44 triliun, dengan aksi jual bersih asing mencapai Rp774,35 miliar. 

Saham-saham perbankan berkapitalisasi besar alias big caps menjadi yang paling banyak dilego asing, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencapai Rp391,3 miliar, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp83,0 miliar, dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) senilai Rp64,9 miliar.

Semua sektor memerah dengan pelemahan terdalam dialami oleh sektor industri dasar yakni -2,95 persen. Kemudian diikuti oleh sektor aneka industri dan sektor perdagangan yang masing-masing turun 1,41 persen dan 1,06 persen.

Adapun sektor pertambangan menjadi sektor yang paling minim terkoreksi yakni hanya -0,05 persen. Meskipun demikian, sejumlah emiten tambang terpantau memerah, salah satunya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang terkoreksi 4,27 persen. 

Emiten tambang lainnya seperti PT Petrosea Tbk. (PTRO), PT Indo Tambangraya Tbk. (ITMG), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) juga terkoreksi dengan penurunan masing-masing 01,58 persen, 0,65 persen, dan 0,50 persen. Sementara induk PTRO yakni PT Adaro Energy Tbk. terpantau naik 2,76 persen.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kondisi saat ini berbalik dengan beberapa hari lalu yang mana pasar sempat optimistis karena lockdown di sejumlah negara akan dilonggarkan.

“Sekarang pasar kembali khawatir karena di China itu muncul lagi [infeksi virus], lalu [pasar] juga melihat bagaimana perkembangan di AS, apakah tindakan Trump yang melonggarkan lockdown itu berhasil atau malah seperti di China,” kata Hans dalam paparannya via video streaming, Rabu (13/5/2020).

Adapun mengenai kinerja sektor pertambangan hari ini, Hans menyebut sektor tersebut mendapatkan sentimen positif dari disahkannya Undang-undang Minerba yang dinilai menguntungkan bagi pengusaha tambang.

Menurutnya, jika dalam waktu dekat ini saham-saham tambang masih terpantau memerah, itu lebih dikarenakan adanya kekhawatiran global terhadap perkembangan pandemi Covid-19.

“Jadi UU Minerba ini sebenarnya [memberikan sentimen] positif ke pasar. Kalau sahamnya tumbang itu karena faktor global. Tapi sejauh ini prospek saham pertambangan masih positif,” tutur Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper