Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Pandemi Corona, 61 Calon Emiten Antre IPO di Bursa

Hingga 5 Mei 2020 tercatat 61 perusahaan siap menggelar penawaran umum perdana (IPO) dengan target dana Rp29,1 triliun.
Papan elektronik menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Papan elektronik menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sebanyak 61 perusahaan siap menghimpun dana lewat sejumlah skema di Bursa Efek Indonesia dengan target dana Rp29,1 triliun. Rencana penghimpunan dana antara lain melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), penawaran umum terbatas (rights issue), dan penawaran umum berkelanjutan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan jumlah calon emiten yang mencapai 61 perusahaan per 5 Mei 2020 menunjukkan aktivitas penggalangan dana di pasar modal masih berjalan normal kendati mengalami penurunan. Dia menyebut, dampak pandemi virus corona (Covid-19) hanya bersifat sementara.

“Tentunya dengan berbagai kebijakan yang dilakukan bersama-sama, terutama oleh pemerintah, ini akan mendorong pertumbuhan pasca Covid-19,” kata Wimboh melalui video streaming, Senin (11/5/2020).

Dia menerangkan, volatilitas pasar yang tajam sejak awal tahun telah menyurutkan nilai penghimpunan dana di pasar modal.  Hingga 5 Mei 2020 OJK (year to date) mencatat terjadi penurunan dana yang dihimpun lewat IPO sebesar 11,9 persen secara tahunan menjadi Rp31,88 triliun.

Kendati secara nilai berkurang, jumlah IPO dan penawaran umum di bursa mengalami kenaikan 34,2 persen secara tahunan.

Wimboh melanjutkan bahwa volatilitas pasar secara global terpantau menurun memasuki April 2020 seiring dengan munculnya kebijakan penanganan dari pemerintah di seluruh dunia. Sentimen positif dari global tersebut turut dirasakan oleh pasar domestik di Tanah Air.

“Dapat kami sampaikan meskipun belum pulih sekali, namun demikian indikator di pasar modal sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan,” tutur Wimboh.

Dia menggambarkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan yield obligasi yang tertekan sepanjang Maret 2020 telah berangsur pulih pada April 2020 dan berlanjut hingga pekan kedua Mei 2020.

Adapun per 8 Mei 2020, IHSG terkoreksi 27,02 persen ke level 4.597 setelah menyentuh titik terendah pada 24 Maret 2020 di level 3.937. Walaupun volatilitas lebih rendah ketimbang kuartal I/2020, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp20,97 triliun pada periode tersebut.

Di sisi lain, pasar surat utang masih belum bangkit dari tekanan dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) per 8 Mei 2020 melemah dengan kenaikan yield sebesar 70,9 bps. Adapun investor nonresiden mencatatkan net sell yang lebih besar ketimbang di pasar saham senilai Rp139,1 triliun per 6 Mei 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper