Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Big Caps Tambang Pasang Strategi Defensif Hadapi Kuartal II/2020

Sejumlah perusahaan tambang akan menerapkan efisiensi yang ketat untuk menjaga margin usaha pada triwulan kedua tahun ini.
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara pasang strategi defensif menghadapi kecenderungan penurunan ekonomi pada kuartal II/2020.

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya mengatakan perseroan akan menerapkan efisiensi yang ketat untuk menjaga margin usaha pada triwulan kedua tahun ini. Sebagai informasi emiten plat merah PT Bukit Asam Tbk. mendapatkan margin laba bersih 17,63 persen pada kuartal I/2020.

Di sisi lain, emiten berkode saham PTBA itu mencatatkan penurunan 4,02 persen terhadap pendapatan perseroan menjadi sebesar Rp5,12 triliun dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,34 triliun.

PTBA juga membukukan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 20,57 persen menjadi hanya Rp903,25 miliar daripada posisi kuartal I/2019 sebesar Rp1,14 triliun.

"[Periode ini kami akan lakukan] efisiensi yang sangat ketat, kami juga lakukan proses seleksi produk melalui optimalisasi tambang tambang yg memiliki margin tinggi," katanya kepada Bisnis.com baru-baru ini.

Hadis menambahkan optimalisasi akan terjadi untuk tambang di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Di lokasi yang sama perseroan tengah membangun proyek gasifikasi yang mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).

Proyek hilirisasi batubara ini direncanakan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300 ribu ton Methanol, dan 250 ribu ton Methanol Ethylene Glycol (MEG).

Selain itu, Hadis mengatakan perihal kontrak jual harga batu bara akan mengikuti indek global. Perseroan menargetkan volume penjualan batu bara pada tahun 2020 mencapai 29,9 juta ton, yang terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 21,7 juta ton dan penjualan batu bara ekspor sebesar 8,2 juta ton.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan perseroan bakal mengoptimalkan produktivitas dan mengefisiensikan operasional untuk menjaga kinerja pada kuartal II/2020. Adapun pada kuartal sebelumnya, perseroan mencatatkan margin laba bersih 9,95 persen.

Adapun pendapatan perseroan tercatat Rp18,3 triliun pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 19 persen dibandingkan dengan Rp22,62 triliun periode yang sama tahun lalu. Laba bersih emiten berkode saham UNTR sebesar Rp1,8 triliun turun 40 persen dari Rp3,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

"Rasanya tidak ada [strategi] yang istimewa. Kami optimalkan produktivitas dan efisiensi operasional," ungkapnya.

Sara mengatakan untuk segmen tambang batu bara dan emas perseroan akan melakukan produksi seperti biasanya sesuai dengan rencana tahunan. Namun dengan biaya yang efisien.

Tahun ini perseroan menargetkan dapat memproduksi 130 juta ton batubara dengan volume penjualan 9,5 juta ton. Adapun pada kuartal I/2020, volume produksi batu bara turun menjadi 27,9 juta ton dari 30,6 juta ton kuartal I/2019.

Sementara itu untuk segmen penjualan alat berat perseroan akan melakukan kaji ulang atas target penjualan sebesar 2.900 unit. Pada kuartal I/2020 volume penjualan alat berat sebesar 617 unit pada periode turun 47,75 persen secara tahunan.

"Penjualan alat berat kelihatannya terpengaruh oleh tekanan harga komoditi saat ini. Target kami sama seperti tahun lalu dan akan dikaji ulang pada kuartal II/2020," imbuhnya.

Direktur Equity & Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Setya mengatakan kinerja PTBA secara umum akan terdampak negatif dikarenakan harga batu bara yang mengalami penurunan hingga di bawah US$55 per ton dibandingkan kuartal I/2020 US$67 per ton.

Bernadus mengatakan penurunan harga batu bara yang mencapai 17 persen akan menggerus pendapatan usaha dan laba bersih.

Namun di sisi lain, harga saham PTBA mencatatkan kenaikan 8.71 persen (8/5/2020) ke level Rp2.060 karena pasar mengincar dividen tahunan. Dividen per saham diperkiraan mencapai Rp264 dengan dividend yield yang diperoleh sekitar 12,8 persen.

"Untuk PTBA, target jangka pendek menjelang cumdate secara technical ada di angka Rp2.260 yang akan menguji MA100 di titik tersebut dan target selanjutnya jika tertembus bisa mencapai resistan di angka Rp2.370," katanya.

Adapun kinerja UNTR, lanjutnya, diperkirakan akan mengalami penurunan penjualan alat berat. Bernard mengatakan kondisi saat ini membuat perusahaan tentunya akan menunda pengeluaran. Selain itu, penjualan segmen batu bara juga tidak akan semoncer kuartal sebelumnya.

"Untuk UNTR kami tidak merekomendasikan beli," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper