Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operasional Setop Sebulan, Modal Kerja Asia Pacific Fibers (POLY) Semakin Ketat

Corporate Secretary Asia Pacific Fibers Tunaryo menjelaskan bahwa perseroan hanya memiliki dua pabrik yakni di Karawang, Jawa Barat dan Kaliwungu, Jawa Tengah. Dua fasilitas itu dihentikan operasionalnya dihentikan sementara terhitung mulai, Selasa (5/5/2020).
Pabrik serat stapel memiliki kapasitas tahunan 195.000 MT dan terdiri dari 9 jalur pemintalan langsung, 1 jalur ekstruder, dan 8 jalur serat. /Asia Pacific Fibers
Pabrik serat stapel memiliki kapasitas tahunan 195.000 MT dan terdiri dari 9 jalur pemintalan langsung, 1 jalur ekstruder, dan 8 jalur serat. /Asia Pacific Fibers

Bisnis.com, JAKARTA - Penghentian operasional sementara dua pabrik emiten pertekstilan, PT Asia Pacific Fibers Tbk., berdampak terhadap semakin ketatnya perputaran modal kerja perseroan.

Corporate Secretary Asia Pacific Fibers Tunaryo menjelaskan bahwa perseroan hanya memiliki dua pabrik yakni di Karawang, Jawa Barat dan Kaliwungu, Jawa Tengah. Dua fasilitas itu dihentikan operasionalnya dihentikan sementara terhitung mulai, Selasa (5/5/2020).

Tunaryo memperkirakan dua pabrik itu akan beroperasi kembali pada Juni 2020. Menurutnya, hal itu karena pasar terbesar produk perseroan saat ini berada di sekitar wilayah Bandung, Jawa Barat, dan sekitarnya yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar.

Akibatnya, lanjut dia, sebagian besar pelanggan juga tidak beroperasi. Oleh karena itu, pihaknya berharap pengoperasian kembali dapat dimulai secara bertahap pada Juni 2020.

Terkait dengan penghentian operasional pabrik di Karawang dan Kaliwungu, emiten berkode saham POLY itu masih memiliki persediaan barang jadi yang siap dipasarkan setara kebutuhan 2 bulan. Dengan demikian, masih memungkinkan untuk memasok bahan baku kepada pelanggan.

Kendati demikian, Tunaryo tidak menampik dampak terhentinya operasional dua pabrik perseroan terhadap keuangan.

“Dampak keuangan perseroan signifikan yang dirasakan perseroan adalah semakin ketatnya perputaran modal kerja dimana ketersediaanya juga terbatas,” ujarnya dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipublikasikan, Rabu (6/5/2020).

Selain itu, dia memperkirakan penjualan akan mengalami penurunan sekitar 70 persen per bulan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi itu akan mengoreksi target pencapaian EBITDA menjadi lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.

“Periode penutupan operasional sementara ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan proses pemeliharaan rutin atau planned maintenance atas mesin-mesin sehingga diharapkan pada Juni 2020 dapat kembali beroperasi kembali secara bertahap dengan tanpa kendala yang berarti baik dari segi proses maupun standar kualitas yang diminta pelanggan,” paparnya.

Sebagai catatan, Perseroan membukukan pendapatan US$396,68 juta pada 2019. Realisasi itu turun 16,52 persen dari US$475,20 juta periode 2018.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2019 perseroan, penjualan domestik perseroan turun 22,26 persen secara tahunan. Sebaliknya, penjualan ekspor tercatat tumbuh 12,37 persen.

Penjualan domestik menjadi kontributor terbesar penjualan POLY. Sektor itu berkontribusi US$308,26 juta dari total penjualan bersih US$396,68 juta pada 2019.

POLY tercatat menderita kerugian US$11,91 juta pada 2019. Posisi itu berbalik dari keuntungan US$12,83 juta per 31 Desember 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper