Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Negara Jadi Pilihan Investasi Menarik di Tengah Pandemi

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan saat ini yield surat berharga negara (SBN) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan awal tahun bahkan beberapa tahun terakhir
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat imbal hasil atau yield yang semakin menarik membuat instrumen surat berharga negara menjadi instrumen yang menarik untuk dilirik oleh investor.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan saat ini yield surat berharga negara (SBN) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan awal tahun bahkan beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, pihaknya menyebut investor dapat melirik investasi di instrumen tersebut.

“Investor sudah selayaknya masuk secara bertahap. Yield relatif menarik,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (5/5/2020).

Di lain pihak, Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan investor dapat mengambil kesempatan untuk berinvestasi di SBN maupun reksa dana pendapatan tetap atau fixed income.

Soni menjelaskan bahwa kesempatan itu dilandasi oleh tingkat yield obligasi negara tenor 10 tahun yang mencapai 8 persen. Menurutnya, nilai itu terbilang menarik dibandingkan dengan yield obligasi sejumlah negara lainnya yang rata-rata di bawah yield Indonesia.

Selain yield yang menarik, Soni juga menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif meskipun diprediksi turun ke level 2,3 persen hingga 2,4 persen.

“Ini momen baik untuk investasi di obligasi karena yield sangat menarik. Untuk jangka pendek dan menghindari volatilitas yang belum stabil, sebaiknya memilih reksa dana pendapatan tetap [fixed income] yang bisa dicairkan kapan saja,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (5/5/2020).

Dia menyebut salah satu produk reksa dana pendapatan tetap yang masih memberikan return positif yakni Bahana Asian Bond Fund IBI. Menurutnya, instrumen itu mencatatkan return sebesar 1,43 persen dalam 1 bulan atau 7,6 persen selama 1 tahun.

Soni mengatakan Asian Bond Fund IBI (ABF) selalu membeli obligasi saat pasar turun. Dengan demikian, dapat mengimbangi harga obligasi.

“Jadi ketika market rebound, ABF umumnya selalu positif,” jelasnya.

Selain ABF, Bahana TCW juga memiliki beberapa produk reksa dana pendapatan tetap yakni Kehati Lestari, Makara Prima, PTS Generasi Gemilang, Asia Bond Fund IBI, MES Syariah Fund, dan Ganesha Abadi.

Soni menyarankan agar para investor mengalokasikan dana investasinya secara bertahap untuk tujuan jangka panjang di instrumen reksa dana saham. Pasalnya, volatilitas pasar saham masih tinggi.

Bahana TCW menyediakan variasi produk reksa dana antara lain Bahana Trailblazer Fund, Dana Ekuitas Prima, Bahana Dana Prima, Bahana iCon Syariah, Bahana Primavera 99 Kelas S, dan Bahana Primavera 99 Kelas G.

Dia menambahkan agar investor membagi porsi investasinya sebesar 50 persen di obligasi atau reksa dana pendapatan tetap, 25 persen pada reksa dana saham, dan 25 persen di reksa dana pasar uang yang juga berguna sebagai cadangan kas.

“Fluktuasi pasar akan kembali stabil bila ada sentimen positif yakni melandainya kurva tingkat penyebaran virus Covid-19 dan vaksin baru ditemukan.,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper