Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tersungkur, IHSG Ditutup Melemah 2 Persen Lebih

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 2,35 persen atau 110,92 poin ke level 4.605,49 pada akhir perdagangan hari ini.
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan hingga akhir perdagangan hari ini, Senin (4/5/2020), di tengah pelemahan bursa Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 2,35 persen atau 110,92 poin ke level 4.605,49 pada akhir perdagangan hari ini.

Pada perdagangan Kamis (30/4/2020), sebelum libur Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei, IHSG mampu ditutup di level 4.716,4 dengan lonjakan sebesar 3,26 persen atau 149,08 poin.

Indeks mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka terjerembap 2,95 persen ke level 4.582,17 pada Senin (4/5). Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.576,23-4.716,35.

Seluruh 10 sektor dalam IHSG menetap di zona merah, dipimpin aneka industri (-4,63 persen), industri dasar (-4,2 persen), dan infrastruktur (-3,9 persen).

Adapun, sebanyak 111 saham menguat, 286 saham melemah, dan 139 saham stagnan.

Indeks saham lainnya di Asia turut tertekan di zona negatif sore ini, di antaranya indeks Kospi Korea Selatan yang ditutup melemah (-2,68 persen), FTSE Straits Time Singapura (-2,36 persen) dan Hang Seng Hong Kong (-4,19 persen).

Reli saham global sebesar lebih dari 10 persen pada bulan April tengah diuji ketika investor mencermati pelonggaran lockdown oleh banyak negara. Pada saat yang sama, pasar diresahkan oleh gelombang kedua kasus infeksi virus corona dan data ekonomi yang terus-menerus mengkhawatirkan.

Westpac Banking Corp. di Australia melaporkan penurunan laba dan menjadi bank terbaru yang akan menunda pembayaran dividen. Pasar selanjutnya menantikan laporan keuangan sejumlah perusahaan termasuk Disney, BMW, dan Air France-KLM.

"Meski sangat kecil kemungkinan kita [saham] akan menguji kembali posisi terendah yang dialami pada Maret, setidaknya ada beberapa kesempatan kita kembali ke bagian bawah kisaran perdagangan April, yang akan menjadi penurunan 7-10 persen lebih lanjut dari titik saat ini, untuk sebagian besar aset berisiko,” jelas Ciaran Mulhall, managig director di Solus Capital Partners Ltd.

Turut membebani sentimen adalah perdebatan politik baru antara AS dan China. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan "bukti besar" menunjukkan wabah virus corona baru (Covid-19) dimulai di sebuah laboratorium di Wuhan, China, tetapi tidak memberikan bukti apa pun atas klaimnya.

Komentarnya itu disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump dan sejumlah pejabat pekan lalu mempertajam kritik mereka terhadap Beijing, dengan menuntut jawaban tentang asal-usul virus mematikan tersebut dan mengisyaratkan kemungkinan pembalasan.

“Kekhawatiran saya adalah bahwa pasar telah memperhitungkan semua optimisme itu sebelum kita menghadapi berita terburuk tentang ekonomi serta mengenai industri dan pendapatan," ujar Michael Jones, CEO di Caravel Concepts LLC, seperti dilansir melalui Bloomberg.

Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan pelemahan IHSG hari ini merespon peningkatan tensi geopolitik akibat pernyataan Presiden Amerika Serikat Doland Trump yang berencana kembali meningkatkan tarif impor barang-barang dari China.

“[Ada indikasi] kembali perang dagang,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020)

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan pergerakan indeks sesuai dengan proyeksi teknikal yang mana indikator Stochastic sudah mulai menunjukkan overbought sehingga indeks berpeluang terkoreksi wajar menuju ke support terdekat.

Menurutnya, selain ancaman perang dagang dan masih berkembangnya wabah Covid-19, ada sejumlah sentimen yang turut menjadi penekan indeks seperti minimnya data makro ekonomi global yang memberikan high impact terhadap pasar.

Di sisi lain, Purchasing Manager Index (PMI) Indoensia yang turun signifikan ke angka 27,5.

“Terus turunnya performa data inflasi maupun inflasi inti Indonesia dan jumlah tourist arrivals yang juga turun signifikan [ikut menekan indeks],” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper