Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meleset dari Target, Agung Podomoro (APLN) Cetak Marketing Sales Rp1,94 Triliun

Sepanjang 2019 perseroan telah mencetak marketing sales sebesar Rp1,94 triliun belum termasuk PPN. Jumlah itu turun 18,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp2,39 triliun.
Direktur Utama PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) Cosmas Batubara (kanan) berbincang dengan Komisaris Utama Bacelius Ruru seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Utama PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) Cosmas Batubara (kanan) berbincang dengan Komisaris Utama Bacelius Ruru seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk. membukukan marketing sales sebesar Rp1,94 triliun.

Sekretari Perusahaan Agung Podomoro Land Justini Omas mengatakan sepanjang 2019 perseroan telah mencetak marketing sales sebesar Rp1,94 triliun belum termasuk PPN. Jumlah itu turun 18,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp2,39 triliun.

Pada tahun lalu emiten berkode saham APLN itu menargetkan bisa menghimpun marketings sales sebesar Rp3,5 triliun. Namun sampai dengan kuartal III/2019 jumlah yang terkumpul hanya Rp1,5 triliun.

Dengan begitu, pengembang Central Park itu membukukan marketing sales rata-rata kuartal tahun lalu sebesar Rp485,75 miliar.

Justini mengatakan kondisi geopolitik akibat pemilihan umum dan penurunan ekonomi makro menjadi faktor utama melesetnya target.

“[Selain kedua faktor itu], penurunan marketing sales juga disebabkan oleh penurunan penjualan dari beberapa proyek sudah dalam tahap akhir, sehingga memiliki harga yang lebih mahal dan pilihan yang terbatas,” katanya dalam siaran resmi pada Senin (4/5/2020).

Menurutnya, 60 persen marketing sales berasal dari proyek Podomoro Golf View, Podomoro Park Bandung dan Podomoro City Delli Medan.

Pada tahun ini perseroan akan mengembangkan proyek residensial daripada high rise building. Direktur Keuangan Agung Podomoro Land mengatakan hal itu dilakukan sebagai mitigasi dari penerapan PSAK 72.

Pasalnya dengan standar akutansi baru itu, perseroan akan kesulitan untuk membukukan penjualan karena beberapa merupakan kontrak pendapatan lebih dari 1 tahun. Alhasil, APLN tidak dapat membukukan pendapatan sampai bangunan selesai atau diserahterimakan.

“Tahun 2020, hanya tinggal beberapa pengembangan apartemen saja dan terbanyak adalah rumah tapak seperti Podomoro Park Banding dan Taruma City. Kami harap PSAK 72 tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian,”pungkasnya.

Sebelumnya, Agung Podomoro Land menyiapkan belanja modal pada 2020 yang kurang lebih sama dengan 2019 sekitar Rp3,5 triliun.

Direktur Utama Agung Podomoro Land Bacelius Ruru mengatakan perseroan telah menyusun alokasi anggaran belanja modal pada tahun ini. Menurutnya belanja modal atau capital expenditure itu tidak akan lebih sedikit dari anggaran 2019 sebesar Rp3,5 triliun.

“Tahun depdan kami akan berusaha menjadi lebih baik sepertio yang Menteri Keuangan Sri Mulayani katakana bahwa pengusaha harus optimistis. Kami pun sudah menyiapkan anggaran yang sedikit lebih besar daripada 2019,” katanya.

Menurutnya, belanja modal sebesar itu akan digunakan oleh perseroan untuk menyelesaikan proyek yang sedang berjalan dan investasi lainnya. Namun, Baceliun tidak merincikan proyek mana saja yang akan diutamakan oleh perseroan.

Sebagai informasi, emiten berkode saham APLN itu memiliki 4 proyek residensial, 6 proyek superblock, dan 5 proyek apartemen yang sedang berlangsung. Di luar itu ada pula 9 proyek hotel, 10 proyek mix used dan 5 proyek anyar yang tersebar di Bandung, Ubud, Karawang, Makassar dan Jakarta Timur.

Adapun yang sudah dalam tahap pengembangan berjumlah 209 hektare. Diantaranya ialah Podomoro Park Bandung 109,8 hektare, Orchard Park Batam 40,8 hektare dan Podomoro Golf View 58,2 hekjtare. Masing-masing proyek tersebut telah menyumbang marketing sales Rp304,7 miliar, Rp60,8 miliar dan Rp347,2 miliar.

Selain itu, lahan yang masih berada di pipeline pengembangan mencapai 554 hektare. Karawang menjadi lokasi paling luas karena mencakup 374,9 hektare. Posisi selanjutnya ialah Bandung 120,5 hektare dan Jakarta 36,3 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper