Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Bensin Melonjak, Harga Minyak Mentah Membumbung Tinggi

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni 2020 ditutup melonjak US$2,72 ke level US$15,06 per barel di New York Mercantile Exchange.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia ditutup melonjak pada perdagangan Rabu (29/4/2020), didorong optimisme bangkitnya konsumsi di tengah upaya para produsen untuk terus mengurangi produksi minyak demi mengimbangi kelebihan suplai global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni 2020 ditutup melonjak US$2,72 ke level US$15,06 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sejalan dengan WTI, harga minyak mentah patokan global Brent untuk kontrak bulan yang sama naik tajam US$2,08 ke level US$22,54 per barel di London.

Menurut Energy Information Administration (EIA), stok bensin AS turun 3,67 juta barel. Hasil ini jauh berbanding terbalik dengan estimasi peningkatan sebesar 2,49 juta. Di sisi lain, pasokan bensin mingguan, indikator untuk permintaan, naik 549.000 barel per hari atau peningkatan terbanyak sejak Mei 2019.

“Ini adalah kejutan yang menyenangkan bagi pasar,” ujar Nick Holmes, manajer portofolio di Tortoise, mengenai hasil yang lebih baik dari perkiraan untuk persediaan minyak mentah dan pasokan bensin dalam laporan EIA.

Perusahaan energi Valero Energy Corp. memprediksi permintaan bensin akan pulih secara bertahap, bersama dengan bahan bakar jet pada laju yang lebih lambat.

Sementara itu, diskon minyak mentah untuk pengiriman Juni relatif terhadap Juli mengetat menjadi US$3,28 per barel setelah meledak hingga US$7,69 pada Selasa (28/4/2020).

Gap yang menyempit itu menunjukkan bahwa kekhawatiran terkait penyimpanan untuk minyak mungkin berkurang, menurut Michael Lynch, Presiden Strategic Energy & Economic Research Inc.

“Orang-orang mulai berpikir bahwa penyimpanan tidak akan menjadi terlalu kelebihan setelah laporan EIA,” tutur Lynch, seperti dilansir melalui Bloomberg.

EIA juga melaporkan peningkatan yang lebih kecil dari perkiraan yakni sebesar 8,99 juta barel dalam stok minyak mentah nasional dan 3,64 juta barel di Cushing, Oklahoma.

Dalam sebuah wawancara, Chief Executive Officer Mercuria Marco Dunand mengungkapkan produsen minyak di Permian Basin yang kaya akan minyak shale, dan tempat lain di AS, akan memangkas sekitar 2 juta barel per hari dari produksi pada Mei dibandingkan dengan Maret.

Sementara itu, kepada kantor berita Interfax, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan perusahaan-perusahaan minyak negara ini akan memangkas produksi sekitar 19 persen dari level pada Februari.

Di sisi lain, Nigeria, yang telah berjuang untuk menjual minyaknya bahkan dengan harga di level US$10 per barel, akan mengirimkan volume terendah dari minyak mentah garde Qua Iboe sejak 2016 pada Mei dan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper