Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Jual Sawit Turun, Pendapatan Sawit Sumbermas (SSMS) Tertekan

Tahun lalu, pendapatan Sawit Sumbermas turun 11,67 persen menjadi Rp3,27 triliun. Kenaikan berbagai beban membuat laba tergerus hingga 86,45 persen.
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga minyak sawit dan turunanya menjadi penyebab utama penurunan kinerja emiten sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. pada 2019.

Sawit Sumbermas mencatat penjualan sebesar Rp3,27 triliun atau turun 11,67 persen pada tahun lalu. Laba bersih emiten bersandi saham SSMS itu juga anjlok 86,45 persen menjadi Rp11,68 miliar.

Sekretaris Perusahaan Sawit Sumbermas Sarana Swasti Kartikaningtyas mengatakan pendapat perseroan turun karena harga minyak sawit, minyak inti sawit dan turunannya juga lungsur.

“Pendapatan kami turun dikarenakan faktor harga minyak sawit, minyak inti sawit, turunannya dan tandan buah segar menurun drastis,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (29/4). 

Bursa derivatif Malaysia mencatat harga jual rata-rata minyak sawit di 2019 tercatat sebesar MYR2.130 per ton, atau 5 persen lebih rendah dibandingkan 2018.

Swasti mengungkapkan, volume penjualan minyak sawit sebetulnya mengalami peningkatan. Namun, harga yang lebih rendah membuat pendapatan yang dikantongi perseroan berkurang. 

Di sisi lain, saat pendapatan menurun, SSMS mencatat kenaikan beban.Misalnya, beban pokok naik 7,49 persen ke posisi Rp2,26 triliun. Beban umum juga naik 6,44 persen menjadi Rp522,93 miliar dan beban keuangan 5,46 persen menjadi Rp513,84 miliar.

Swasti mengatakan kenaikan beban pokok penjualan disebabkan oleh adanya tambahan areal tanaman menghasilkan di 2 anak perusahaan serta adanya kenaikan harga pupuk. Total biaya produksi mencapai Rp2,19 triliun naik dari posisi tahun sebelumnya Rp2,09 triliun.

“Hal itu juga disebabkan oleh kenaikan beban depresiasi karena tambahan Pabrik Kelapa Sawit baru dan peningkatan kapasitas pabrik kelapa sawit serta adanya kenaikan pembelian buah dari plasma,” jelasnya.

Pada perkembangan lain,  SSMS mengincar produksi buah sebanyak 1,72 juta ton pada tahun tikus logam. Dari situ, produksi CPO SSMS dapat mencapai 600.000 ton pada akhir tahun.

Swasti menyebut dalam kondisi normal, produksi tandan buah segar inti bisa mencapai 1,72 juta ton dan target CPO sebanyak 600.000 ton. Dia menambahkan, SSMS memiliki Oil Extraction Rate inti (OER CPO) sebesar 24,5 persen atau  di atas rata-rata Industri 22,2 persen. 

“Pada 2020, cuaca diperkirakan akan kembali normal, kondisi kebun akan kembali optimal, sehingga akan ada perbaikan signifikan terhadap kinerja dan berdampak baik pada produksi CPO,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper