Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Rebound, Kekhawatiran Pasokan Global Masih Tersisa

Harga minyak mentah mampu rebound dari level terendahnya dalam 21 tahun terakhir, tetapi masih menyisakan kekhawatiran di tengah kelebihan pasokan global yang tampaknya masih akan bertahan.
Kilang Minyak/Bloomberg
Kilang Minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah mampu rebound dari level terendahnya dalam 21 tahun terakhir, tetapi masih menyisakan kekhawatiran di tengah kelebihan pasokan global yang tampaknya masih akan bertahan.

Pada Kamis (23/4/2020), minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik 8,9 persen ke level US$14,27 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 8:13 pagi waktu Sydney

WTI sebelumnya ditutup rebound US$2,21 untuk pada perdagangan Rabu di level US$13,78 per barel, setelah jatuh hingga US$10,26.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Juni turun ke level US$15,98 per barel, terendah sejak Juni 1999, sebelum ditutup rebound US$1,04 pada level US$20,37.

Dilansir dari Bloomberg, minyak mentah memperpanjang pemulihan dari kejatuhan bersejarah ke wilayah negatif pada senin. Pasar, yang sudah dibanjiri sinyal bearish, mengabaikan laporan pemerintah AS yang menunjukkan bahwa rata-rata permintaan minyak AS dalam empat pekan terakhir berada pada rekor terendah pekan lalu sementara stok minyak mentah berada di level tertinggi tiga tahun.

Berita bahwa Presiden AS Donald Trump mengizinkan Angkatan Laut untuk menembak jatuh kapal perang Iran diperkirakan juga menopang harga.

Harga yang mendekati atau di bawah nol diperkirakan akan bertahan hingga produsen mulai menutup produksi untuk mengimbangi jatuhnya permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh virus corona.

ICE Futures Europe Ltd. mengkonfirmasi pada Selasa malam bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan harga Brent yang negatif. Sementara itu pedagang minyak sedang mengatur ulang model risiko mereka untuk mengakomodasi penurunan potensial yang tidak terbatas.

Bahkan kesepakatan OPEC+ untuk memangkas produksi sebesar 10 juta barel per hari di bulan Mei tidak akan cukup untuk mengimbangi tekanan penurunan permintaan akibat virus corona dalam jangka pendek, yang bisa mencapai 30 juta barel per hari.

"Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan pasar ini adalah penyesuaian harga untuk menutup persediaan," kata Amrita Sen, kepala analis minyak pada konsultan Energy Aspects Ltd., seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper