Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sudah Merosot 27 Persen Sepanjang 2020, Mampukah IHSG Tembus Level 5.000?

Pada 2020, IHSG sudah terkoreksi 27,08 persen. Namun, dalam sebulan terakhir harga sudah menguat 16,66 persen.
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah situasi pasar yang tak pasti akibat pandemi, sejumlah sekuritas dan manajer investasi memangkas target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir 2020 ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup menguat 0,57 persen atau 25,99 poin ke level 4.593,55 pada akhir perdagangan hari ini.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.571,79-4.629,03. Kapitalisasi pasar tumbuh Rp30,08 trilun menjadi Rp5.327,46 triliun dari sebelumnya Rp5297,38 triliun.

Pada 2020, IHSG sudah terkoreksi 27,08 persen. Namun, dalam sebulan terakhir harga sudah menguat 16,66 persen.

Panin Asset Management telah memangkas target IHSG mereka dan menyusunnya dalam 3 skenario sesuai dengan perkembangan pandemi, khususnya mengacu pada wabah yang terjadi di Amerika Serikat.

Direktur Panin AM Rudiyanto mengatakan perkembangan Covid-19 menjadi acuan mereka karena pasar Negeri Paman Saham tersebut merupakan kiblat perdagangan saham dunia. Maka dari itu, pihaknya menjadikan kurva pasien baru di AS sebagai patokan.

“Kurva pasien baru ini menandakan apakah wabah di sana sudah mencapai puncak atau belum,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (22/4/2020).

Kemungkinan terbaik atau best case, adalah jika puncak wabah di AS terjadi di pertengahan April, maka Panin AM optimis IHSG bisa kembali ke 6.400 di akhir tahun nanti. Kemudian base case, jika puncak kurva baru terjadi akhir April, maka IHSG diprediksi akan ada di level 6.000.

Terakhir adalah kemungkinan terburuk jika puncak kasus di AS baru terlewati setelah bulan Juni, maka Panin AM memroyeksikan IHSG hanya akan mampu mencapai level 5.000.

Rudiyanto menjelaskan puncak kurva menjadi acuan karena setelah melewati posisi wabah paling parah diharapkan pandemi mulai mereda dan akan surut dalam 2-3 bulan setelahnya, diikuti oleh mulai kembalinya aktivitas ekonomi.

Terpisah, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich juga membagi proyeksi IHSG hingga akhir tahun dalam 3 kemungkinan yakni pada level 5.833 (best), 5.438 (base), 4.091 (bear).

“Dengan pertimbangan untuk price earnings ratio di range 13,5 kali sampai 17,5 kali dan pertumbuhab laba di kisaran -1 hingga -10 persen,” tuturnya.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan saat ini pihaknya telah memangkas target IHSG hingga akhir tahun nanti menjadi 4.800. Alasannya, dia meyakini bahwa wabah Covid-19 tidak akan selesai dalam waktu dekat.

Frederik menilai wabah ini hanya akan mereda jika vaksinnya telah ditemukan, seperti wabah Flu Spayol yang terjadi seabad yang lalu. Menurutnya, vaksin akan jadi kunci apakah ekonomi dapat mulai melaju kembali atau sebaliknya.

“Walaupun pemerintah ingin membuka kembali ekonomi, tapi kami yakin selama belum ada vaksin maka ekonomi masih butuh waktu bertahap dalam pemulihanya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper