Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wus! Harga Emas Masih Tancap Gas, Dolar Lemas

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (22/4/2020) pukul 18.16 WIB harga emas di pasar spot menguat 0,85 persen ke level US$1.700 per troy ounce.
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas masih tancap gas dan tampak nyaman berada di zona hijau didukung minat mengumpulkan aset berisiko yang dalam beberapa perdagangan terakhir semakin memburuk akibat sentimen pandemi Covid-19

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (22/4/2020) pukul 18.16 WIB harga emas di pasar spot menguat 0,85 persen ke level US$1.700 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di bursa Comex untuk kontrak Juni 2020 bergerak menguat 2,08 persen ke level US$1.722,9 per troy ounce.

Sepanjang tahun berjalan 2020, harga emas telah bergerak menguat sekitar 11 persen.

Dalam perdagangan yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,25 persen ke level 100,007.

Mayoritas analis masih menilai prospek emas bertahan di jalur bullish, dengan beberapa perkiraan perusahaan keuangan memproyeksi harga emas dapat menyentuh level rekor tertinggi yang tidak pernah disentuh emas sebelumnya.

Salah satunya, Bank of America yang telah menaikkan target harga emas untuk 18 bulan ke depan hingga mencapai US$3.000 per troy ounce di tengah prospek penggelontoran stimulus kebijakan moneter oleh banyak bank sentral di dunia untuk menopang pertumbuhan ekonomi dalam negerinya.

Adapun, proyeksi itu naik hingga lebih dari 50 persen dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar US$2.000 per troy ounce. Untuk tahun ini, Bank of America memperkirakan emas batangan menyentuh rata-rata US$1.695 per troy ounce tahun ini dan US$2.063 per troy ounce pada 2021.

Padahal, level rekor tertinggi emas sepanjang sejarah adalah US$1.921,17yang berhasil disentuh emas pada September 2011.

Analis Bank of America, termasuk Michael Widmer dan Francisco Blanch, dalam publikasi risetnya mengatakan bahwa dalam kondisi saat ini investor akan semakin mencari emas sebagai tempat perlindungannya dari berbagai prospek pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

“Karena output perekonomian berkontraksi cukup tajam, pengeluaran fiskal melonjak, dan neraca bank sentral berlipat ganda, fiat currencies bisa berada di bawah tekanan. Investor akan mengincar emas,” tulis Bank of America dalam publikasi risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (22/4/2020).

Kendati demikian, Bank of America mengatakan dolar yang kuat, turunnya volatilitas pasar keuangan, serta permintaan perhiasan yang lebih rendah di India dan China akan menjadi penahan kenaikan laju harga emas.

Di sisi lain, Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa harga emas berpeluang bergerak turun dalam jangka pendek karena prospek penguatan dolar AS dan outlook likuidasi posisi emas oleh investor untuk menutupi kerugiannya di indeks saham jika kembali jatuh.

“Untuk sisi bawahnya, level support terdekat berada di US$1.680 per troy ounce, menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang memicu penurunan lanjutan ke US$1.670 per troy ounce sebelum menargetkan support kuat di US$1.650 per troy ounce,” ujar Faisyal seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (22/4/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper