Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gandeng Investor Jepang, Ini Rencana Ekspansi Solusi Bangun Indonesia (SMCB)

Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto menuturkan bahwa rencana ini ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan secara sekaligus. Salah satunya adalah memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait jumlah minimum saham free float.
Produk semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB). Istimewa
Produk semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi dari perusahaan asal Jepang di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. diharapkan dapat membantu meningkatkan pangsa pasar ekspor serta memperkuat struktur permodalan perseroan.

Entitas dari Grup PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. itu akan melakukan penerbitan saham baru untuk memfasilitasi masuknya investasi Taiheiyo Cement Co. Ltd (TCC), perusahaan semen asal Jepang. Rencana investasi ini akan menghabiskan dana sebesar US$220 juta.

Dengan estimasi nilai tukar rupiah Rp15.500 per dolar AS, maka transaksi tersebut berkisar Rp3,41 triliun.

Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto menuturkan bahwa rencana ini ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan secara sekaligus. Salah satunya adalah memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait jumlah minimum saham free float.

“Untuk itu kami akan mengeluarkan saham baru nanti, lewat izin RUPS, dana itu akan masuk ke perusahaan. Sekitar 15 persen yang akan diambil oleh TCC,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (22/4/2020).

Langkah ini dilakukan terkait dengan keharusan memenuhi ketentuan jumlah saham free float minimum 7,5 persen yang diatur BEI. Setelah perseroan diakuisisi Semen Indonesia lewat anak usahanya, PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SBBI), saham publik tercatat hanya tinggal 1,69 persen.

Dia menjelaskan proses Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menyetujui rencana right issue atau penerbitan saham baru akan digelar pada kuartal III/2020.

Dengan demikian, dia memperkirakan seluruh transaksi investasi TCC di SBI dapat dirampungkan pada kuartal IV tahun ini.

Dia mengatakan saat ini total saham perseroan yang beredar mencapai sekitar 7,6 miliar saham. Dengan rencana penerbitan saham baru sekitar 15 persen, kepemilikan Semen Indonesia dan publik terhadap emiten berkode saham SMCB ini diperkirakan akan berkurang.

Dia mengatakan pembelian saham itu akan dilakukan pada harga Rp2.200 per saham.

“Jumlah saham kami saat ini kan sekitar 7,6 miliar, nanti kami akan keluarkan baru, nantinya kepemilikannya publik akan turun juga, termasuk SIIB akan turun juga. Dari seratus persen, nanti 15 persen miliknya TCC, hitungannya sekitar Rp2.200 per saham,” ujarnya.

Selain mengikuti ketentuan regulator, rencana ini juga dilakukan untuk memperkuat modal kerja SMCB. Dia mengatakan, dana tersebut juga akan digunakan untuk membangun pelabuhan untuk memfasilitasi ekspor lewat TCC.

Dia mengatakan bahwa perusahaan yang berbasis di Jepang itu memiliki pasar ekspor cukup besar ke berbagai negara. Hal ini diharapkan akan menambah pangsa pasar ekspor, sekaligus dapat menyerap produksi perseroan secara lebih baik di tengah kondisi pasar domestik yang kelebihan pasokan atau over supply.

“Mereka [TCC] juga minta itu untuk perkuat ekspor, mereka nanti bisa ambil dari kita atau dari Grup Semen Indonesia. Mungkin pasarnya dia ada di seluruh dunia, dia puya banyak pabrik dan banyak pembeli pembeli. Namanya bisnis kan tidak tentu menguntungkan semua pihak,” katanya.

Kerja sama ini juga akan dilakukan untuk meningkatkan pengembangan produksi yang berorientasi kepada lingkungan. Menurutnya, perusahaan Jepang ini memiliki rekam jejak yang cukup baik dari aspek produksi yang berkelanjutan atau sustainaibility dan green production.

Dalam keterangan resminya, TCC menyatakan memang menjadikan SMCB sebagai mitra strategis untuk pengembangan pasar luar Jepang, khususnya di Asia. Menurutnya, kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur di negara-negara Asia masih cukup tinggi, berbanding terbalik dengan permintaan pasar domestik Jepang yang diperkirakan akan menurun secara bertahap.

Pada 2019, emiten SMCB berhasil membukukan laba sebesar Rp499,05 miliar, membenamkan rugi bersih pada 2018 yang mencapai Rp872,98 miliar. Efisiensi dan peningkatan penjualan pada tahun lalu menjadi pendorong perolehan laba bersih perseroan.

Perseroan tercatat memiliki aset sebesar Rp19,56 triliun per akhir 2019, terdiri dari aset lancar Rp3,2 triliun dan aset tidak lancar Rp16,36 triliun.

Perseroan juga tercatat memiliki total liabilitas sebesar Rp12,58 triliun dan ekuitas Rp6,98 triliun. Porsi kewajiban didominasi kewajiban jangka panjang senilai Rp9,62 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper