Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anomali Harga Minyak Bikin IHSG Merayap di Zona Merah

IHSG mengakhiri lajunya di level 4.501,91 setelah turun 73,98 poin atau 1,62 persen. Pun, sepanjang perdagangan indeks bergerak pada rentang 4.575,90—4482,63.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (21/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (21/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya dan merayap di zona merah sepanjang perdagangan hari ini, Selasa (21/4/2020) tertekan oleh harga minyak yang terjun bebas.

Tercatat, IHSG mengakhiri lajunya di level 4.501,91 setelah turun 73,98 poin atau 1,62 persen. Sepanjang perdagangan indeks bergerak pada rentang 4.575,90—4482,63.

Dari seluruh penghuni indeks, hanya 76 saham yang menghijau sementara 323 saham memerah dan 130 saham lainnya stagnan.

Sektor pertambangan menjadi penekan utama indeks hari ini dengan penurunan 2,30 persen, dibuntuti oleh sektor finansial yang turun 2,20 persen dan sektor perdagangan yang turun 2,17 persen.

Pelemahan hari ini juga diwarnai oleh aksi jual bersih asing yang mencapai Rp427,30 miliar, sedangkan jumlah transaksi di seluruh pasar mencapai Rp6.47 triliun. Pun, saham yang paling banyak dilego asing antara lain BBCA (Rp168,30 miliar), BBRI (Rp86,82 miliar), dan GGRM (Rp31,32 miliar).

Analis Artha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sentimen terkait Covid-19 yang masih menjadi pengaruh utama pergerakan market termasuk menyebabkan terjadinya oversuplai pada sektor migas.

Buntutnya, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun ke level di bawah nol. Ini semakin menekan pergerakan indeks di seluruh dunia termasuk Indonesia.

“Masyarakat internasional juga dihantui dengan perang tarif minyak antara AS, Russia maupun Arab Saudi,” tambah Nafan saat dihubungi, Selaasa (21/4/2020)

Di sisi lain, kegiatan industri manufaktur global berjalan sangat lambat. Pun, data makro ekonomi baik dalam dari luar maupun dalam negeri tak ada yang memiliki dampak positif signifikan terhadap pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper