Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Efisiensi, Bos-Bos Blue Bird (BIRD) Rela Gajinya Dipotong 100 Persen

Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene menjelaskan bahwa Direksi dan Komisaris perseroan merelakan gajinya dikurangi. Tujuannya, untuk meringankan beban perseroan dan kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Sebuah unit armada Bigbird Premium berjenis Bravo terparkir di halaman kantor Bluebird di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Sebuah unit armada Bigbird Premium berjenis Bravo terparkir di halaman kantor Bluebird di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Direksi dan Dewan Komisaris PT Blue Bird Tbk. merelakan pengurangi untuk meringankan beban perseroan di tengah penyebaran pandemi COVID-19

Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene menjelaskan bahwa Direksi dan Komisaris perseroan merelakan gajinya dikurangi. Tujuannya, untuk meringankan beban perseroan dan kebutuhan lain yang lebih mendesak.

“Untuk direksi [pengurangan gaji] 100 persen,” jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (20/4/2020).

Untuk level non manajemen, Michael menyebut emiten berkode saham BIRD itu memiliki perhitungan sendiri. Artinya, pengurangan gaji juga mempertimbangkan jenjang karyawan dalam organisasi.

Berdasarkan informasi di laman resmi perseroan, saat ini BIRD memiliki empat orang jajaran direksi yang terdiri atas Direktur Utama, dua orang Direktur, dan satu Direktur Independen.

Adapun, jajaran Komisaris BIRD berjumlah tujuh orang dengan komposisi Komisaris Utama, Wakil Komisaris Utama, dua orang komisaris, dan dua orang komisaris independen.

Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, BIRD menyatakan tetap menjaga operasional dan layanan di tengah penyebaran pandemi COVID-19. Selain itu, perseroan juga melakukan berbagai efisiensi baik dari direct cost mapun belanja operasional.

Bahkan, perseroan juga tengah mengkaji ulang alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) periode 2020. Sebelumnya, perseroan menganggarkan capex Rp1,5 triliun tahun ini yang mayoritas akan digunakan untuk pembelian unit baru.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis pada Kamis (26/3/2020), emiten bersandi saham BIRD tersebut mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk senilai Rp314,56 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018 senilai Rp457,3 miliar.

Sementara itu, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 juga terkontraksi sebesar 31,1 persen dari Rp183 per saham pada 2018 menjadi Rp126 per saham pada 2019.

Penurunan laba bersih itu sejalan dengan menyusutnya pendapatan neto BIRD. Pada tahun 2019, BIRD mengantongi pendapatan senilai Rp4,04 triliun atau 4,03 persen lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tahun 2018 senilai Rp4,21 triliun.

Sementara itu beban usaha perseroan tahun 2019 tercatat meningkat 16,45 persen menjadi Rp723,51 miliar dibandingkan dengan perolehan tahun 2018 senilai Rp621,3 miliar.

Selain itu, BIRD juga mencatatkan kenaikan liabilitas baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Total liabilitas jangka pendek BIRD pada 2019 berada di angka Rp753,51 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 senilai Rp614,98 miliar

Kenaikan terbesar disumbangkan oleh bagian utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun pada 2019 sebesar Rp441,07 miliar, naik 51,4 persen dari catatan tahun 2018 senilai Rp291,18 miliar.

Sementara itu, total liabilitas jangka panjang pada 2019 adalah sebesar Rp1,26 triliun, atau naik dari total pada 2018 sebesar Rp1,07 triliun. Secara keseluruhan, total liabilitas BIRD adalah senilai Rp2,01 triliun, atau naik 19,64 persen dari tahun 2018 sebesar Rp1,68 triliun.

Adapun kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi atau capital expenditure (capex) juga mengalami kenaikan sebesar 33,6 persen dari Rp784,82 miliar pada 2018 menjadi senilai Rp1,04 triliun pada 2019.

Sebelumnya, Michael Tene, Head of Investor Relation BIRD mengatakan pihaknya akan menganggarkan capital expenditure untuk pembelian kendaraan.

"Capex yang kami rencanakan saat ini adalah Rp 1,5 triliun dimana mayoritas adalah untuk pembelian kendaraan. Sumber dananya mix dari kas internal dan bank loan," tuturnya beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper