Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Tengah Pandemi Covid-19, Ke Mana Harus Investasi?

Dalam kondisi seperti ini, menempatkan uang kita di reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan investasi dapat menjadi pilihan.
Pengunjung menggunakan smarphone memotret papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Seni (16/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone memotret papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Seni (16/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan pasar finansial selama beberapa pekan terakhir tentu membuat investor resah memikirkan portofolio investasinya, terutama ketika pandemi virus Corona atau Covid-19 memuncak di Indonesia.

Investor juga tentu kebingungan dalam mengambil keputusan ke mana harus menaruh dana investasinya. Pasalnya, tidak bisa dipungkiri bahwa semua produk investasi tentunya memiliki risiko, walau sekecil apapun.

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan profil risiko masing-masing investor penting untuk dipahami karena dengan mengetahui profil risiko, investor bisa menentukan kelas aset mana yang paling sesuai.

“Profil risiko akan menentukan batas risiko atau tingkat kesiapan seorang investor dalam menanggung tingkat volatilitas, baik penurunan ataupun kenaikan, di berbagai instrumen investasi yang dimilikinya,” demikian tutur Freddy dalam publikasi MAMI, seperti dikutip Bisnis, Sabtu (11/4/2020).

Lebih lanjut Freddy menyebut reksa dana merupakan instrumen investasi yang cocok bagi banyak kalangan karena memiliki banyak ragam dengan tingkat risiko yang berbeda-beda, sehingga dapat disesuaikan dengan beragam profil dan kebutuhan investor.

Dia menjelaskan bahawa investor yang tidak suka dengan volatilitas berlebihan dan merasa cukup nyaman dengan potensi imbal hasil investasi yang tidak terlalu tinggi biasanya akan jatuh pada profil risiko konservatif. Profil risiko konservatif bisa juga terjadi karena kebutuhan investasi jangka pendek.

Sebaliknya, kata Freddy, investor yang tidak takut dengan volatilitas dan ingin mengejar potensi imbal hasil yang tinggi – terutama karena jangka waktu investasinya panjang – biasanya akan jatuh pada profil agresif. Jika investor cenderung berada ‘di tengah-tengah’, profil risikonya adalah moderat.

“Secara umum, reksa dana pasar uang cocok untuk profil risiko konservatif, reksa dana pendapatan tetap untuk profil risiko moderat, dan reksa dana saham untuk profil risiko agresif,” imbuhnya.

Namun, tentu saja bauran dari tingkat keberanian investor menghadapi volatilitas, target imbal hasil yang diinginkan dan jangka waktu investasi akan sangat beragam.

Pasalnya, bisa saja investor dengan profil risiko konservatif tetap mengalokasikan sedikit dananya di reksa dana saham, atau investor berprofil risiko agresif punya sedikit kebutuhan jangka pendek dapat dipenuhi oleh reksa dana pasar uang.

Freddy menegaskan bahwa profil risiko dan kebutuhan investasi setiap orang berbeda dan menentukan portofolio investasi hanya dengan ikut-ikutan pilihan kebanyakan orang lain adalah tidak tepat.

“Jadi, di saat orang lain panik saat ini, mungkin saja sebenarnya kita tidak perlu ikut-ikutan panik. Ingat, kebutuhan investasi dan portofolio investasi anda tidak sama dengan orang lain,” tambahnya.

Lantas, di mana sebaiknya investor menyimpan uangnya di tengah pandemi ini?

Freddy menyebut pandemi telah menekan pasar finansial di hampir seluruh kawasan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kondisi pasar yang terus terkoreksi membuat investor cenderung hati-hati dalam menempatkan dananya dan memilih untuk memegang tunai.

Mengenai tepat atau tidaknya investor untuk memilih menyimpan uang tunai, Freddy mengatakan opsi tersebut memang dapat membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya seandainya ada kebutuhan mendadak saat kita sedang #dirumahaja.

Akan tetapi, Freddy mengingatkan nilai uang dalam bentuk tunai tidak akan berkembang dan justru tergerus inflasi.

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, menempatkan uang kita di reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan investasi dapat menjadi pilihan. Tidak kalah penting, sesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan investasi.

Dia menambahkan, jika berkaca dari kondisi krisis dan kepanikan pasar di masa lalu seperti pada krisis Asia 1998 dan krisis global 2008, terlihat bahwa koreksi tajam yang terjadi di pasar finansial cenderung diikuti dengan kenaikan tajam setelahnya, dalam jangka menengah-panjang.

“Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang. Untuk kenyamanan, carilah manajer investasi yang memiliki platform investasi digital sehingga kita dapat berinvestasi di rumah aja,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper