Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Variatif, IHSG Parkir di Kisaran Level 4.600

Stamina Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkuras dan anjlok lebih dari 3 persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (8/4/2020).
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Stamina Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkuras dan anjlok lebih dari 3 persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (8/4/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di level 4.627,7 dengan penurunan tajam 150,93 poin atau 3,16 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (7/4/2020), IHSG ditutup di level 4.778,64 dengan pelemahan 0,69 persen atau 33,19 poin.

Pelemahan indeks mulai berlanjut pada perdagangan Rabu (8/4) pagi dengan dibuka merosot lebih dari 1 persen. Sepanjang perdagangan hingga akhir sesi I, IHSG bergerak di kisaran 4.618,23-4.780,21.

Seluruh 10 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I, dipimpin infrastruktur (-3,96 persen), barang konsumsi (-3,87 persen), manufaktur (-3,64 persen), dan industri dasar (-3,36 persen), berdasarkan data BEI.

Bersama IHSG, nilai tukar rupiah terpantau melemah 65 poin atau 0,40 persen ke level Rp16.265 per dolar AS, setelah mampu ditutup dengan penguatan tajam di level Rp16.200 per dolar AS pada perdagangan Selasa (7/4/2020).

Sementara itu, indeks saham lainnya di Asia cenderung bergerak variatif siang ini. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,80 persen dan 1,03 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,47 persen pukul 11.51 WIB.

Sebaliknya, indeks Shanghai Composite China terkoreksi 0,31 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong melorot 0,99 persen.

Bursa Asia bergerak variatif saat investor mencermati tanda-tanda melambatnya laju penyebaran virus corona (Covid-19) dan laporan mengenai lebih banyak korban jiwa akibat virus ini.

Adapun, kontrak berjangka S&P 500 bergerak fluktuatif menandakan lebih banyak volatilitas yang akan datang setelah indeks saham acuannya berbalik ke zona merah dan ditutup di posisi lebih rendah pada Selasa (7/4).

Meski indeks S&P 500 sempat mencapai kenaikan sebesar 20 persen dari level terendahnya di bulan Maret pada Selasa, angka kematian tertinggi sejauh ini akibat virus corona di Inggris dan negara bagian New York mengingatkan para investor bahwa wabah ini masih jauh dari kata terbendung.

New York mencatat 731 kematian dalam sehari terakhir akibat Covid-19, peningkatan terbesar secara harian, sedangkan jumlah korban tewas di negara bagian itu mencapai 5.489 orang, menurut Gubernur Andrew Cuomo.

Kendati demikian, jumlah kasus baru di New York melambat dan Italia melaporkan jumlah infeksi baru yang paling sedikit sejak 13 Maret. Beberapa negara Eropa kemudian dikabarkan berencana untuk mengurangi pembatasan.

“Ketika kuartal berjalan, investor mulai memahami bahwa semua yang kami lihat adalah dalam bentuk bantuan dan sokongan untuk meredam perekonomian,” ujar Bob Michele, kepala investasi global di JPMorgan Asset Management, kepada Bloomberg TV.

"Bukanlah stimulus yang membuat ekonomi berjalan pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada titik di mana sedang berada,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper