Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendingin, Elnusa (ELSA) Kaji Ulang Target 2020

Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan mengatakan bahwa perseroan akan melakukan perubahan terhadap target pertumbuhan dan alokasi capital expenditure (capex) yang sudah ditetapkan sebelumnya di awal tahun untuk menyesuaikan kondisi makro saat ini.
Direktur Utama PT Elnusa Tbk. Elizar Parlindungan Hasibuan memberikan keterangan usai menggelar rapat umum pemegang saham tahunan kinerja 2018 di Jakarta, Kamis (11/4/2019).Bisnis/M. Nurhadi Pratomo
Direktur Utama PT Elnusa Tbk. Elizar Parlindungan Hasibuan memberikan keterangan usai menggelar rapat umum pemegang saham tahunan kinerja 2018 di Jakarta, Kamis (11/4/2019).Bisnis/M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten minyak dan gas PT Elnusa Tbk. akan mengkaji ulang target dan panduan perseroan tahun ini di tengah anjloknya harga minyak dan sentimen penyebaran pandemi COVID-19.

Sebagai informasi, harga minyak mentah jenis WTI sepanjang tahun berjalan 2020 telah terkoreksi hingga 59,79 persen dan bergerak di kisaran US$24,7 per barel, sedangkan harga minyak jenis Brent terkoreksi 52,73 persen dan bergerak di kisaran US$32,37 per barel.

Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan mengatakan bahwa perseroan akan melakukan perubahan terhadap target pertumbuhan dan alokasi capital expenditure (capex) yang sudah ditetapkan sebelumnya di awal tahun untuk menyesuaikan kondisi makro saat ini.

Pada tahun ini, emiten berkode saham ELSA itu semula menargetkan pertumbuhan pendapatan usaha berkisar Rp9,1 triliun atau naik 8 persen dari realisasi 2019. Sementara itu, laba bersih konsolidasi 2020 diharapkan mencapai Rp400 miliar.

Perseroan sebelumnya tampak akan cukup agresif berekspansi dan mengalokasi capex sebesar Rp1,4 triliun dengan rincian sekitar 69 persen dari total capex untuk membiayai investasi pertumbuhan, sebesar 12 persen akan digunakan mempertahankan kapasitas, dan sebesar 19 persen untuk lainnya.

Adapun, capex tersebut jauh lebih tinggi 105,8 persen daripada realisasi belanja modal perseroan pada 2019 yang hanya mencapai Rp680 miliar.

“Ada perubahan, tetapi penyesuaian [target dan capex] masih kami kaji. Efek kondisi makro ini multiplier, bukan hanya karena penurunan harga minyak tetapi juga karena ada sentimen penyebaran COVID-19 dan sebagainya,” ujar Wahyu kepada Bisnis.com, Rabu (8/4/2020).

Wahyu menjelaskan bahwa penurunan harga minyak yang signifikan akan sangat mempengaruhi kinerja perseroan di lini bisnis jasa hulu minyak dan gas karena lemahnya harga minyak juga akan menggerus harga jasa penunjang hulu.

Namun, perseroan mengaku telah mengantisipasi fluktuasi harga minyak dengan menggenjot diversifikasi portofolio sehingga kinerja jasa di sektor hilir dapat menyeimbangi terkoreksinya kinerja perseroan di lini jasa hulu migas. Dengan demikian, kinerja ELSA dapat tetap tumbuh.

Wahyu pun mengungkapkan strategi tersebut telah terbukti berhasil menopang kinerja ELSA saat penurunan drastis harga minyak pada 2015-2016 lalu.

Adapun, mengutip laporan keuangan perseroan, sepanjang 2019 ELSA telah membukukan pendapatan usaha konsolidasi sebesar Rp8,4 triliun, naik 27 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar Rp6,6 triliun.

Pendapatan usaha konsolidasi itu dikontribusikan melalui segmen jasa distribusi dan logistik energi sebesar 49 persen, jasa hulu migas 46 persen, dan jasa penunjang 5 persen. Adapun, jasa hulu migas mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 45 persen, yaitu sebesar Rp2,6 triliun pada 2018, naik menjadi Rp3,8 triliun pada 2019.

Untuk laba bersih konsolidasi, ELSA berhasil meraih sebesar Rp356 miliar, tumbuh 29 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar Rp276 miliar. Kontribusi laba bersih pun telah didominasi oleh segmen jasa distribusi dan logistik energi.

Di sisi lain, kondisi pasar yang masih cenderung kurang kondusif ini juga telah membuat perseroan menyesuaikan rencana peluncuran obligasi yang semula akan diterbitkan tahun ini untuk menopang ekspansi ELSA.

“Sementara tetap jalan, tetapi penerbitan tentunya bergantung kondisi makro saat ini,” papar Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper