Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendesak, Pemerintah Targetkan Terbitkan Pandemic Bond Ratusan Triliun

Berdasarkan dokumen rapat Kementerian Keuangan dan Komisi XI DPR RI, Pandemic Bond dimasukkan ke dalam recana tambahan pembiayaan. Total pembiayaan anggaran melonjak sebesar Rp545,7 triliun dari sebelumnya Rp307,2 triliun pada APBN 2020 menjadi Rp852,9 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berencana menerbitkan surat utang negara (SUN) yang diberi nama Pandemic Bond sebesar Rp449,9 Triliun untuk menutupi defisit APBN akibat dampak wabah virus Corona (Covid-19).

Berdasarkan dokumen rapat Kementerian Keuangan dan Komisi XI DPR RI, Pandemic Bond dimasukkan ke dalam recana tambahan pembiayaan. Total pembiayaan anggaran melonjak sebesar Rp545,7 triliun dari sebelumnya Rp307,2 triliun pada APBN 2020 menjadi Rp852,9 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan siap menggunakan semua sumber pembiayaan (line of credit), baik dari lembaga multilateral dan bilateral. Institusi tersebut dipilih karena biayanya tidak mengikuti pergerakan pasar.

"Dalam Perppu 1/2020, Bank Indonesia dimungkinkan untuk membeli SBN di pasar primer. Namun, kita sadar untuk jaga stabilitas makro ekonomi agar tidak turun," jelasnya saat rapat virtual dengan Komisi XI DPR RI, Senin (6/4/2020).

Selain Pandemic Bond, Kemenkeu juga menaikkan target penerbitan SBN (neto) sebesar Rp160,2 triliun dari APBN 2020 Rp389,3 triliun menjadi Rp549,6 triliun.

Adapun, pembiayaan investasi pemerintah terbagi jadi dua, yaitu program pemulihan ekonomi nasional Rp150 triliun dan tambahan pembiayaan pendidikan, untuk memenuhi alokasi 20 persen dana pendidikan, sebesar Rp18,6 triliun.

"Poinnya kalau market sedang volatile, harga [yang diminta pasar] tidak rasional. [Kami berupaya mencari] pembiayaan yang aman dan tetap bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper