Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koreksi IHSG dari Awal Tahun, OJK: Ini Penurunan Terdalam Sepanjang Sejarah

Dalam menjaga pasar saham dalam negeri di tengah pandemi corona, OJK pun telah merilis beberapa kebijakan, salah satunya memperbolehkan emiten untuk melakukan buyback tanpa RUPS.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan kata sambutan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2019 dan Arahan Presiden RI di Jakarta, Jumat (11/1/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan kata sambutan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2019 dan Arahan Presiden RI di Jakarta, Jumat (11/1/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona (covid-19) berdampak pada pasar saham Indonesia. Dari awal tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah terkoreksi lebih dari 20 persen.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan penurunan tersebut menjadi yang paling dalam di sejarah Indonesia.

"Pasar saham ini sangat penting, karena secara year to date sudah turun 23,6 persen. Paling dalam di sejarah Indonesia," ujarnya dalam live streaming rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Selasa (7/4/2020).

Dalam menjaga pasar saham dalam negeri di tengah pandemi corona, OJK pun telah merilis beberapa kebijakan, salah satunya memperbolehkan emiten untuk melakukan pembelian saham kembali (buyback) tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).

Hal ini, apabila dalam kondisi normal tidak diperbolehkan. Wimboh menyebutkan tujuan relaksasi ini agar saham-saham terhindar dari tindakan spekulasi. "Semua emiten sudah ajukan ke pasar modal, ada 33 emiten yang melakukan buyback," ujarnya.

Selain itu, regulator juga melarang short selling, yaitu menjual saham di pagi hari, tetapi menjual di sore hari saat harga turun. OJK juga menerapkan auto rejection atau perdagangan saham disetop selama 30 menit jika terjadi penurunan di atas 5 persen, agar tidak semakin dalam koreksinya.

Wimboh pun menambahkan OJK masih memiliki beberapa instrumen tambahan yang disiapkan untuk meredam dampak virus corona terhadap pasar modal, seperti pengetatan auto rejection.

"Namun diharapkan tidak perlu dipakai. Saat ini pergerakan saham frekuensi hijau lebih sering daripada merahnya," kata Wimboh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper