Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negosiasi Pemangkasan Produksi Belum Jelas, Trump Serang OPEC

Arab Saudi dan Rusia menginginkan agar AS sebagai produsen shale terbesar ikut bergabung dalam langkah pemangkasan produksi minyak ini. Namun, Presiden Trump justru menyampaikan pernyataan bernada perang kepada OPEC dan mengancam tarif bea masuk minyak.
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi, Rusia, dan produsen minyak besar lainnya di dalam OPEC masih berlomba-lomba untuk menegosiasikan kesepakatan untuk membendung penurunan harga minyak.

Sayangnya, pertemuan OPEC+ yang semula dijadwalkan esok, Senin (6/4/2020), harus ditunda hingga jadwal tentatif pada Kamis (9/4/2020). Adapun, tujuan pertemuan ini telah dipaparkan oleh Presiden Trump sebelumnya, yaitu pemangkasan produksi minyak hingga 10 persen.

Harga minyak pada tahun ini, ketika pandemi Covid-19 menyerang sepertiga permintaan dunia, telah jatuh sekitar 50 persen. Kejatuhan harga minyak ini sangat dramatis sehingga dapat mengancam penerimaan dan stabilitas politik di sejumlah negara penghasil minyak. Bahkan, produsen shale oil dan pekerja industri bisa ikut terseret dalam krisis ini.

Arab Saudi dan Rusia menginginkan agar AS sebagai produsen shale terbesar ikut bergabung dalam langkah pemangkasan produksi minyak ini. Namun, Presiden Trump justru menyampaikan pernyataan bernada perang kepada OPEC dan mengancam tarif bea masuk minyak.

"Jika Amerika tidak ambil bagian, masalah yang ada sebelumnya dihadapi Rusia dan Saudi akan tetap sama - bahwa mereka memangkas produksi, sementara AS meningkatkannya dan itu membuat semuanya menjadi tidak mungkin," kata Kepala Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Fyodor Lukyanov.

Sayangnya, tidak jelas apakah Rusia dan Arab Saudi akan meminta AS untuk secara terbuka berkomitmen untuk memangkas produksi atau cukup dengan gerakan kompromi. Presiden Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional di Moskow Alexander Dynkin mengatakan bahwa Moskow ingin AS mengangkat beberapa sanksi sebagai kompromi.

Rusia dan Arab Saudi hingga saat ini belum mendapatkan formula pemotongan yang tepat.

Negara-negara penghasil minyak memahami bahwa mereka harus mencapai kesepakatan diplomatik untuk memotong produksi, atau pasar akan memaksa penghentian produksi karena kilang penyimpanan minyak baik di darat dan di laut penuh. Norwegia yang tidak mengikuti kebijakan pemangkasan produksi sejak 2002 akan memangkas produksinya pada minggu ini.

Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran yakin kesepakatan akan segera diambil dalam waktu dekat. Setiap kesepakatan memerlukan kelincahan diplomatis terutama ketika negara-negara di dunia tengah bergulat dengan pandemi Corona. Kondisi ini juga menjadi perang kehendak antara Putin, Pangeran Mohammad bin Salman dan Trump.

Di semua pihak, ada manuver yang ingin menghindari kesalahan jika negosiasi gagal. Trump menegaskan dirinya menantang OPEC. "Saya tidak peduli dengan OPEC," tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Sabtu (4/4/2020). Dia mengancam akan mengenakan tarif bea masuk untuk melindungi industri minyak dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper