Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar CPO dan Kinerja Emiten Sawit Sulit Diperkirakan

Impor minyak sawit oleh India tercatat merosot ke level terendah dalam 20 bulan terakhir pada Februari 2020. Sementara itu, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawi Indonesia (GAPKI) penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan pada awal tahun.
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia./Dimas Ardian - Bloomberg
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia./Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar yang tidak menentu membuat pasar crude palm oil (CPO) dan kinerja emiten perkebunan sulit terprediksi.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan akan berat memperkirakan kinerja para emiten perkebunan. Apalagi India sempat menghentikan impor CPO dengan tujuan bisa membeli komoditas minyak nabati itu lebih rendah.

Adapun, impor minyak sawit oleh India tercatat merosot ke level terendah dalam 20 bulan terakhir pada Februari 2020. Sementara itu, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawi Indonesia (GAPKI) penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan pada awal tahun.

China turun 381.000 ton atau 57 persen, Uni Eropa turun 188.000 ton atau 30 persen dan  ke India turun 141.000 ton atau 22 persen. Sementara ke Bangladesh naik 40.000 ton atau 52 persen.

Kendati demikian, Andy tetap memfavoritkan PT Perkebunan London Sumatera Tbk. (LSIP) sebagai pilihan utama dengan target harga Rp1.600. Menurutnya, anak usaha Grup Salim itu memiliki dana kas yang kuat dan tidak memiliki kewajiban utang  sama sekali atau zero net debt.

“Kami yakin dengan begitu LSIP bisa bertahan di tengah kondisi yang berat seperti rendahnya harga CPO,” katanya belum lama ini.

Adapun pada akhir Desember 2019, posisi kas dan setara kas akhir tahun LSIP tercatat sebesar Rp1,71 triliun turun sekitar Rp300 miliar dari posisi awal tahun Rp2,07 triliun. Selain itu, perseroan mencetak laba bersih sebesar Rp253,90 miliar pada tahun lalu.

Jumlah itu tumbuh 383,53 persen bila dibandingkan dengan kuartal III/2019 sebesar Rp52,53 miliar. Namun tetap saja, bila dibandingkan dengan tahun buku 2018, anak usaha Grup Salim itu mengalami koreksi sebesar 23,41 persen.

Selain LSIP, Andy pun merekomendasikan beli bagi PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan target harga Rp15.350, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) Rp1.600 dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) Rp1.225.

Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Jakarta (BEI) indeks Jakagri ditutup menguat 1,29 persen ke level 936,00 dari posisi 924,09 pada Jumat (3/5). Peningkatan utamanya ditopang oleh AALI yang menguat 4,23 persen, LSIP 1,91 persen dan SSMS 0,50 persen.

Mengutip dari Bloomberg, Chairman of the Palm Oil Refiners Association of Malaysia Jamil Haron mengatakan kebijakan mengunci Negara Bagian Sabah akan mempengaruhi pasokan CPO ke pengusaha. Pasalnya Sabah memiliki kebun sawit seluas 1,54 juta hektare dan pusat dari pabrik pengolahan.

Hal itu bisa membuat pabrik refinery di Malaysia kehilangan pasokan CPO, menutup pabrik penyulingan serta merumahkan para karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper