Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Payroll Merosot, Bursa AS Fluktuatif di Awal Perdagangan

Bursa saham Amerika Serikat bergerak fluktuatif pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/4/2020), di tengah suramnya pasar tenaga kerja akibat dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19).
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak fluktuatif pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/4/2020), di tengah suramnya pasar tenaga kerja akibat dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 0,40 persen atau 10,10 poin ke level 2.537 pada pukul 8.57 WIB atau 9.57 pagi waktu New York, setelah sempat merayap di zona merah.

Pada saat yang sama, indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,17 persen ke posisi 21.376,66 dan indeks Nasdaq Composite naik tipis 0,1 persen ke level 7.494,95.

Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat (3/4, jumlah tenaga kerja yang diupah perusahaan (payroll) merosot 701.000 pada Maret dari bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dari perkiraan median ekonom untuk penurunan sebesar hanya 100.000.

Padahal, rilis laporan tersebut sebagian besar mencakup awal Maret, sebelum penutupan aktivitas bisnis yang dimandatkan pemerintah memaksa banyak perusahaan untuk memberhentikan lebih banyak pekerja.

Laporan payroll dirilis sehari setelah jumlah pengajuan klaim pengangguran dilaporkan mencapai rekor 6,65 juta orang dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret.

Seperti halnya dengan klaim pengangguran, data terbaru itu tidak banyak memberikan informasi tentang keadaan ekonomi saat ini, sehingga menyulitkan investor untuk memvaluasi aset-aset keuangan.

“Tidak ada yang pernah mengalami hal seperti ini,” ujar Bruce Bittles, kepala strategi investasi di Baird, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Kita mendapatkan angka mengejutkan dan pasar cenderung untuk menghadapi berita buruk. Dengan kata lain, sudah banyak berita buruk yang menumpuk di pasar,” sambungnya.

Meski volatilitas agak mereda, saham-saham masih mencatat pergerakan harian yang hingga saat ini dianggap besar.

“Kita tidak akan mengalami pemulihan nyata di pasar sampai apa yang kita pikir telah mencapai puncak dalam jumlah infeksi dan kematian,” ujar Stephen Dover, kepala ekuitas di Franklin Templeton.

“Kita akan terus melihat volatilitas yang sangat luas sampai kita dapat mengatasi ketidakpastian ini,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper