Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Toba Bara (TOBA) Jaga Kinerja Laba

Beban pokok perseroan tumbuh 38,01 persen ke posisi US$433,82 juta.
Lokasi konsesi ketiga PT Toba Bara Sejahtra Tbk. / Toba Bara
Lokasi konsesi ketiga PT Toba Bara Sejahtra Tbk. / Toba Bara

Bisnis.com, JAKARTA – Segmen perdagangan batu bara dan konstruksi menekan kinerja keuangan PT Toba Bara Sejahtra Tbk. pada 2019. Bagaimana dengan tahun tikus logam ini?

Direktur Keuangan Toba Bara Sejahtra Pandu Sjahrir mengatakan pada tahun lalu kedua segmen itu menekan laba bersih perseroan. Pasalnya, beban pokok perseroan tumbuh 38,01 persen ke posisi US$433,82 juta.

“Peningkatan terutama disebabkan oleh kenaikan pembelian batubara untuk segmen perdagangan batubara dan biaya konstruksi proyek PLTU Sulbagut-1 dan Sulut-3. Adapun biaya konstruksi yang direalisasikan selama tahun 2019 adalah senilai US$171,3 juta,” katanya kepada Bisnis.com pada Kamis (2/4/2020).

Meskipun konstruksi pembangkit listrik meningkatkan beban, tetapi di sisi lain Pandu menyebutkan segmen itu juga menyumbang tingginya pendapatan.

Emiten berkode saham TOBA itu mencatatkan pendapatan sebesar US$525,52 juta pada 2019. Jumlah itu naik 19,86 persen dari posisi tahun sebelumnya US$438,44 juta.

Menurutnya pendapatan dari konstruksi proyek pembangkit tenaga listrik Sulbagut-1 dan Sulut-3 selama 2019 mencapai US$210,4 juta. Sementara itu pada tahun ini TOBA mengaalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$160 juta yang mayoritasnya digunakan untuk konstruksi proyek.

Pandu menambahkan perseroan telah mengunci sebagian besar kontrak penjualan pada tahun ini. Oleh sebab itu, penyebaran virus covid-19 diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada kinerja perseroan.

“Dari total target penjualan di tahun ini, TOBA sebagian besar sudah memiliki kontrak pada fixed price. Meski demikian tidak menutup kemungkinan peristiwa Covid-19 ini akan memberikan dampak terhadap sisa rencana penjualan yang belum memiliki kontrak,” imbuhnya.

Kendati demikian, Pandu lebih mewaspadai kondisi pasar batu bara yang sedang menurun belakangan ini. Pasalnya harga komoditas emas hitam itu kini berada di level US$34,05 per ton, sedangkan harga batu bara acuan (HBA) domestik pada kisaran US$67,08.

Situasi harga yang tidak menentu, lanjutnya, akan memiliki dampak terhadap penghasilan TOBA di tahun 2020.

Adapun pada tahun ini perseroan tidak berencana memacu produksi dengan tetap menjaga pada kisaran 5 juta ton. Pasalnya, perseroan memiliki komposisi batubara berkalori tinggi antara 5.600 kkal – 5.900 kkal wajar untuk dihemat.

“TOBA senantiasa berupaya untuk mempertahankan kinerja, antara lain dengan tetap melakukan kegiatan efisiensi dalam rangka menjaga bottom-line perusahaan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper