Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana IPO 7 Perusahaan Terus Melaju, Selamat Bergabung di BEI!

Sudah ada tujuh calon emiten baru yang mendaftarkan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada April 2020. Rencananya, mereka akan mencatatkan saham perdananya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan kedua dan ketiga bulan ini.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan tetap melanjutkan rencana penggalangan dana melalui aksi penawaran umum perdana saham di tengah penanggulangan penyebaran COVID-19 yang membuat sejumlah aktivitas menjadi terbatas.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis melalui laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia hingga Kamis (2/4/2020) pukul 17:00, sudah ada tujuh calon emiten baru yang mendaftarkan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada April 2020. Rencananya, mereka akan mencatatkan saham perdananya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan kedua dan ketiga bulan ini.

Tujuh perusahaan yang telah melakukan pendaftaran untuk IPO pada April 2020 yakni PT Karya Bersama Anugerah Tbk., PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk., PT Cipta Selera Murni Tbk., PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk., PT Bhakti Multi Artha Tbk., PT Cahaya Bintang Medan Tbk., dan PT Aesler Grup Internasional Tbk.

Karya Bersama Anugerah dan Sejahtera Bintang Abadi Textile akan menjadi dua emiten yang mengawali listing di bursa pada April 2020. Keduanya juga akan menerbitkan waran bersamaan dengan eksekusi IPO.

Karya Bersama Anugerah akan melepas sebanyak-banyaknya 2,15 miliar lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp125. Bersamaan dengan penawaran umum perdana saham ini, perseroan juga menerbitkan Waran Seri I sebanyak 1,72 miliar.

Dengan demikian, calon emiten baru dari sektor properti itu berpotensi meraup dana segar Rp215 miliar. Adapun, PT Danatama Makmur Sekuritas dan PT NH Korindo Sekuritas Indonesia menjadi penjamin pelaksana emisi.

Selanjutnya, Sejahtera Bintang Abadi Textile juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 425 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp105. Perusahaan tekstil itu juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 425 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru yang dikeluarkan dalam rangka IPO.

Sebagai catatan, realisasi IPO kuartal I/2020 menjadi yang terbaik dibandingkan dengan periode yang sama pada rentang 2016—2020. Tercatat, sebanyak 19 perusahaan melantai di bursa dengan total perolehan dana Rp2,87 triliun.

Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak dalam tren bearish sepanjang kuartal I/2020. Pergerakan indeks tercatat mengalami koreksi 27,95 persen pada tiga bulan pertama tahun ini akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penyebaran COVID-19.

Rencana IPO 7 Perusahaan Terus Melaju, Selamat Bergabung di BEI!

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bagi calon emiten yang baru mulai mencari investor untuk menyerap saham IPO saat ini cukup berat. Pasalnya, para investor dibayangi kekhawatiran harga saham yang sulit naik cepat dalam waktu singkat.

Selain itu, Hans menyebut calon emiten baru saat ini juga harus bersaing dengan saham blue chip yang harganya sudah terdiskon. Gejolak pasar yang terjadi akibat penyebaran COVID-19 membuat saham blue chip kini memiliki valuasi yang murah.

Kendati demikian, dia menilai IPO saat ini tidak akan menjadi masalah apabila calon emiten baru telah memiliki investor strategis.

“Kalau mereka sudah mempersiapkannya sejak lama dan sudah mendapatkan investor ya mereka jalankan saja [IPO]. Kalau baru cari investor sekarang agak berat,” jelasnya, Kamis (2/4/2020).

Hans menekankan agar investor yang ingin membeli saham IPO memahami secara betul bisnis perseroan, prospek, dan fundamental yang dimiliki. Dengan demikian, mereka dapat memiliki portofolio yang tepat di tengah situasi saat ini.

Sementara itu, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan rencana IPO pada tahun ini lebih menantang di tengah ketidakpastian global. Menurutnya, momentum yang tepat saat ini memang belum terlihat.

Akan tetapi, lanjut dia, kelangsungan bisnis tetap menjadi hal utama untuk perusahaan sehingga rencana IPO pada April 2020 telah dipersiapkan sejak akhir 2019 atau saat belum memperhitungkan adanya pandemik COVID-19.

“Tentunya target dana masih bisa dicapai terutama bila calon emiten sudah memiliki calon investor yang besar [anchor investor] sehingga kebutuhan dana sudah sebagian besar terpenuhi. Namun bila tidak, kemungkinan besar akan menantang,” tuturnya.

Frederik menyarankan agar investor sangat selektif dalam memilih calon emiten baru yang akan IPO pada April 2020. Salah satu yang dapat menjadi pertimbangan apakah produk yang dihasilkan masih memiliki permintaan di tengah kondisi saat ini seperti healtcare, consumer product, dan agrikultur.

“Di luar sektor itu bisa saja menarik apabila perusahaan memberikan harga cukup terdiskon. Namun ini jarang terjadi karena IPO sifatnya adalah menjualan perusahaan yang sudah memiliki nilai tambah sehingga jarang dijual secara diskon kecuali memang perusahaan sudah sangat darurat mencari dana,”

Sementara itu, William Hartanto, Technical Analyst Panin Sekuritas mengatakan penyebaran COVID-19 tidak akan menjadi sentimen negatif untuk calon emiten baru yang akan IPO pada April 2020. Menurutnya, tren saham-saham IPO seringkali menguat beberapa hari setelah melakukan pencatatan perdananya.

“Jadi, sangat minim efek dari sebuah sentimen,” ujarnya.

William mengatakan investor juga harus mencermati rekam jejak penjamin pelaksana efek dalam aksi IPO perusahaan. Artinya, saham-saham yang dibawa melantai ke BEI memiliki performa pergerakan harga saham yang bagus.

“Karena hal tersebut bisa terjadi lagi pada saham berikutnya,” imbuhnya.

Sebelumnya, I Gede Nyoman Yetna Setya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI mengatakan belum ada emisi efek yang mengonfirmasi akan menunda atau membatalkan pencatatan. Dalam paparanya pertengahan Maret 2020, terdapat 23 emisi efek yang berada di pipeline BEI. 12 diantaranya berskala besar, 7 termasuk menengah dan 4 sisanya kecil.

Dari situ, 7 calon emiten berada di sektor perdagangan, 2 sektor finansial, 5 properti, 3 industri dasar, 2 sektor perkebunan, 2 sektor konsumer, dan sisanya infratruktur dan industri lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper