Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembukaan Kamis (2/4), Rupiah Terlempar ke Area Rp16.500

Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di zona merah dengan pelemahan 55 poin atau 0,33 persen ke level Rp16.505 per dolar AS pada perdagangan Kamis (2/4/2020).
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di zona merah dengan pelemahan 55 poin atau 0,33 persen ke level Rp16.505 per dolar AS pada perdagangan Kamis (2/4/2020).

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,072 poin atau 0,07 persen ke level 99,601 pada pukul 08.51 WIB.

Dalam perdagangan Rabu (1/4/2020) kemarin, mata uang garuda ditutup melemah di level Rp16.450 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.310 atas dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pada perdagangan hari ini rupiah kemungkinan masih melanjutkan tren pelemahan. Dia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.700, pada perdagangan hari ini.

"Tekanan global masih cukup kuat walaupun pemerintah dan Bank Indonesia terus membuat terobosan-terobosan melalui strategi bauran guna untuk menekan melemahnya ekonomi akibat dari pandemi virus corona tersebut," tulisnya dalam siaran pers, Rabu (1/4/2020).

Faktor ekternal yang mempengaruhi adalah data manufaktur dari Asia dan Eropa menunjukkan perlambatan ekonomi yang parah ketika kawasan mencoba untuk memerangi pandemi virus corona.

Goldman Sach juga merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi AS menjadi minus 34 persen secara annualized (kuartalan yang disetahunkan) pada kuartal I/2020.

Meski begitu, Goldman Sach memperkirakan pemulihan akan terjadi secara bertahap mulai Mei atau Juni. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan melesat 19 persen pada kuartal III/2020.

Dari sisi domestik, rilis data IHS Markit melaporkan PMI Indonesia pada Maret 2020 adalah 45,3, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.

Kondisi yang serba tak menentu akibat pandemi global telah mendorong terjadinya gejolak ekonomi yang tidak biasa. Oleh karena itu, pemerintah dan juga Bank Indonesia (BI) mempersiapkan langkah antisipasi bersama melalui kebijakan luar biasa yang diatur lewat Perpu No.1 tahun 2020 tentang kebijakan keuangan dalam rangka menghadapi ancaman COVID-19.

Dalam UU BI diatur bahwa BI tidak boleh membiayai defisit fiskal, namun di kondisi tidak normal yang menyebabkan defisit fiskal yang besar BI dimungkinkan untuk meneyrap kebutuhan defisit fiskal melalui membeli SUN dan SBSN di pasar perdana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper