Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBCA Bukukan Pendapatan Bulanan Terendah Sejak 2018, Sahamnya Masih Menarik?

Pendapatan Bank BCA pada Februari 2020 sebesar Rp1,42 triliun, turun 14,6 persen secara tahunan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja. Bisnis/Nurul Hidayat
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) baru saja merilis laporan pendapatannya pada bulan Februari 2020 sebesar Rp1,42 triliun, turun 14,6 persen secara tahunan dan terjun 51,1 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya.

Angka ini jelas menandai penghasilan bulanan terendah milik bank swasta terbesar di Indonesia tersebut sejak Februari 2018.

Mirae Asset Sekuritas menilai pertumbuhan pendapatan yang melambat sebagian besar didorong oleh biaya pencadangan yang tinggi, melonjak dari Rp349,2 miliar pada Februari 2019 menjadi Rp1,09 triliun.

Meski begitu, analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun tetap merekomendasikan trading beli untuk saham BBCA dengan target harga Rp31.160.

“Target harga kami mempertimbangkan price to book ratio sebesar 3,6 kali sesuai estimasi BPS selama 12 bulan ke depan. Risiko utama rekomendasi kami adalah wabah virus yang berkepanjangan dan kualitas aset yang memburuk secara tak terduga,” ungkapnya dalam riset, Kamis (2/4/2020).

Pada perdagangan Kamis (2/4/2020) sesi I, saham BBCA turun 1,64 persen atau 459 poin menjadi Rp26.950. Sepanjang tahun berjalan harga terkoreksi 19,37 persen.

Di sisi lain, pertumbuhan pinjaman BBCA mencapai 8,6 persen secara tahunan, sementara simpanannya tumbuh sebesar 12,4 persen secara tahunan.

Rasio pinjaman terhadap deposito atau Loan to Deposit (LDR) tetap berada di level 82 persen, menunjukkan bahwa BBCA adalah bank paling likuid di Indonesia.

Sekuritas juga sempat membahas dampak dari masalah penyebaran COVID-19 baru-baru ini dengan manajemen BBCA.

Manajemen menyebutkan sektor-sektor yang terkait langsung dengan COVID-19 dalam portolionya diantaranya; wisata 2,5 persen, restoran 0,4 persen, minyak 1 persen, batubara hampir 0 persen, maskapai 0 persen, logistik dan transportasi 3 persen dan distribusi serta eceran sebesar 5 persen.

Sejalan dengan sikap konservatif BBCA, manajemen mendiversifikasikan portofolionya, sehingga perseroan tidak memiliki persentase pinjaman yang membumbung tinggi dibandingkan dengan perbankan lain sejenisnya.

Selain itu, sektor UKM juga memiliki jaminan koleteral, sekitar 100 persen dari total pinjaman dengan profil peminjam yang sangat solid.

Terakhir, BBCA juga hanya memiliki eksposur kurang dari 5 persen pada pinjaman valas dan kurang dari 1 persen dari modal dalam posisi devisa neto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper