Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Fluktuatif, IHSG Bertahan Menguat di Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpantau menguat 1,7 persen atau 75,2 poin ke level 4.489,70 pada akhir sesi I perdagangan hari ini.
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan penguatannya pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Selasa (31/3/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpantau menguat 1,7 persen atau 75,2 poin ke level 4.489,70 pada akhir sesi I perdagangan hari ini.

IHSG rebound setelah pada perdagangan Senin (30/3) ditutup di level 4.414,5 dengan koreksi tajam 2,88 persen atau 131,07 poin, bahkan sempat terhenti pukul 10.20 WIB karena anjlok 5 persen ke level 4.318.29.

Seluruh 9 sektor dalam IHSG menguat, dipimpin oleh sektor barang konsumsi yang menguat 5,71 persen, disusul sektor perdagangan yang menguat 2,53 persen dan industri dasar yang naik 1,74 persen.

Pada akhir sesi I, tercatat 236 saham menguat, 132 melemah 318 saham lainnya stagnan dari 686 saham yang terdaftar.

Hingga akhir sesi I hari ini, investor asing mencatat aksi jual bersih saham (net sell) hingga Rp352,39 miliar, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat net sell sebesar Rp106,18 miliar.

Saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatat penguatan terbesar hingga akhir sesi I dengan lonjakan hingga 34,88 persen, disusul saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang menguat 11,48 persen.

IHSG menguat di saat bursa saham lainnya di Asia bergerak fluktuatif, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 melemah masing-masing 1,81 persen dan 0,6 persen. Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat masing-masing 0,42 persen dan 0,56 persen.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Asia berluktuasi pada perdagangan hari terakhir kuartal I/2020 di tengah indeks manufaktur China yang lebih kuat dari perkiraan.

Biro Statistik Nasional merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) yang naik ke angka 52,0 pada Maret 2020. Angka itu naik dari rekor terendah 35,7 pada Februari. PMI di atas 50 menandakan perbaikan kondisi. Indeks yang mencakup layanan dan konstruksi di Negeri Panda tersebut berada di 52,3.

"Tentu saja kita melihat posisi terbawah di pasar ekuitas," ungkap Jun Bei Liu, manajer portofolio Tribeca Investment Partners, seperti dikutip Bloomberg

“Masih sangat sulit untuk melihat pasar saham mengaut, atas dasar bahwa infeksi virus corona semakin buruk dan jumlah pekerjaan terus menurun," katanya.

Ekuitas global berada di jalur untuk melengkapi kuartal terburuk sejak kuartal IV/2008 karena investor bergulat dengan dampak ekonomi dari penyebaran COVID-19.

Sementara itu, Trump tidak mengindahkan saran dari dokter-dokter utama AS bahwa pembukaan kembali akses masuk ke AS dalam dua pekan berisiko mengakibatkan lonjakan korban jiwa akibat COVID-19.

Pelaku pasar terus mencari titik terang di tengah tekanan, seperti perusahaan perawatan kesehatan yang dapat menghasilkan produk yang membantu mencegah wabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper