Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Terjun ke Level Terendah 17 Tahun

Harga minyak mentah anjlok ke level terendahnya dalam 17 tahun, di tengah pemberlakukan lockdown di banyak negara akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan eskalasi tensi Arab Saudi-Rusia.
Anjungan lepas pantai./Bloomberg
Anjungan lepas pantai./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah anjlok ke level terendahnya dalam 17 tahun, di tengah pemberlakukan lockdown di banyak negara akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan eskalasi tensi Arab Saudi-Rusia.

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) turun tajam US$1,59 ke level US$19,92 per barel di New York Mercantile Exchange sebelum diperdagangkan di level US$20,29.

Adapun, minyak Brent kontrak Mei 2020 terjerembap US$1,90 ke level US$23,03 per barel di ICE Futures Europe Exchange London sebelum diperdagangkan di level US$23,54 per barel pada perdagangan Senin (30/3/2020) pukul 9.54 pagi waktu Sydney.

Kontrak berjangka di London meluncur ke level terendahnya sejak November 2002, ketika pasar minyak fisik tengah bergulat menghadapi dampak ganda dari langkah pembatasan di berbagai negara yang berujung pada berkurangnya permintaan untuk komoditas ini.

Pada saat yang sama, pasar juga terbebani oleh 'perkelahian' Arab Saudi dan Rusia untuk merebut pangsa pasar.

Pada Jumat (27/3/2020), pihak Saudi mengatakan bahwa mereka belum melakukan kontak dengan Moskow tentang pengurangan produksi ataupun memperbesar aliansi produsen-produsen yang tergabung dalam OPEC+.

Di sisi lain, Wakil Menteri Energi Rusia Pavel Sorokin mengatakan bahwa meskipun harga minyak di level US$25 per barel tidak menyenangkan, tetapi ini bukanlah bencana bagi Moskow.

"Apa yang benar-benar memukul pasar adalah sinyal yang kami dapatkan dari Arab Saudi dan Rusia bahwa mereka bermaksud untuk melanjutkan langkah mereka saat ini,” ujar Vivek Dhar, seorang analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia.

"Harapan pasar atas adanya kesepakatan telah patah,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Menurut seorang delegasi, negara-negara OPEC tidak memberikan dukungan permintaan dari presiden kartel minyak ini untuk melakukan konsultasi darurat mengenai anjloknya harga minyak.

Aljazair, yang memegang jabatan kepresidenan secara bergilir di OPEC, pekan ini mendesak sekretariat OPEC untuk mengadakan panel yang menilai kondisi pasar.

Namun, permintaan itu gagal memperoleh dukungan mayoritas yang diperlukan untuk tindakan lebih lanjut. Riyadh adalah salah satu di antara pihak yang menentang gagasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper