Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia 'Terbakar', IHSG Ditutup Anjlok Hampir 3 Persen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok ke zona merah dan berakhir anjlok hampir 3 persen pada perdagangan hari ini, Senin (30/3/2020), di tengah pelemahan bursa Asia.
Papan elektronik menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Papan elektronik menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok ke zona merah dan berakhir anjlok hampir 3 persen pada perdagangan hari ini, Senin (30/3/2020), di tengah pelemahan bursa Asia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.414,5 dengan koreksi tajam 2,88 persen atau 131,07 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (27/3/2020), IHSG mampu ditutup di level 4.545,57 dengan kenaikan tajam 4,76 persen atau 206,67 poin, lonjakan untuk hari kedua berturut-turut.

Indeks mulai tersungkur dari rally-nya dengan bergerak di zona merah pada awal perdagangan Senin (30/3). Bahkan aktivitas perdagangannya sempat terhenti pukul 10.20 WIB karena anjlok 5 persen ke level 4.318.29.

Dengan demikian, sejak pemberlakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan selama 30 menit pada 11 Maret 2020, perdagangan di BEI tercatat sudah mengalami trading halt sebanyak 6 kali hingga kini.

Sepanjang perdagangan Senin (30/3), IHSG bergerak fluktuatif di level 4.317,71 – 4.545,36. Sebanyak 85 saham menguat, 332 saham melemah, dan 106 saham stagnan.

Adapun seluruh 10 sektor tertekan di zona merah, dipimpin aneka industri (-5,47 persen), industri dasar (4,79 persen), dan manufaktur (-4,35 persen).

Kepala Riset Mirae Sekuritas Hariyanto Wijaya sebelumnya mengatakan IHSG masih dalam tren melemah. Kondisi itu menurutnya akan bertahan hingga Mei 2020.

“Saya memperkirakan tren melemah IHSG akan terus berlanjut sampai dengan Mei 2020,” ujarnya kepada Bisnis.com. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penurunan IHSG dipicu risk off karena meningkatnya kasus Covid-19.

Sementara itu, menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, koreksi IHSG sejalan dengan pelemahan yang dialami bursa regional.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing ditutup melorot 1,64 persen dan 1,57 persen. Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turut melemah 0,90 persen dan 0,97 persen.

Adapun indeks Hang Seng Hong Kong turun tajam 1,32 persen, indeks Kospi Korea Selatan terkoreksi tipis 0,04 persen, dan indeks Taiex Taiwan melemah 0,72 persen.

Penurunan tajam juga dialami indeks saham lain di Asia Tenggara, seperti FTSE Straits Times yang anjlok 4,42 persen dan indeks FTSE KLCI Malaysia yang merosot 1,31 persen.

Secara keseluruhan, bursa Asia melemah saat investor mencermati perkembangan negatif virus corona (Covid-19) dan langkah-langkah stimulus yang memicu lonjakan aset berisiko pekan lalu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan memperpanjang imbauan bagi warga Amerika untuk menjaga jarak sosial satu sama lain (social distancing) hingga 30 April.

Pemerintahan Trump memperkirakan puncak kematian akibat pandemi corona di AS akan tercapai dalam sekitar dua pekan.

Direktur National Institute for Allergy and Infectious Disease Anthony Fauci pada Minggu (29/3/2020) mengatakan jutaan warga Amerika dapat terinfeksi virus tersebut dan angka kematian akibat di AS dapat mencapai 200.000 korban jiwa.

"Pasar masih dalam wilayah yang belum dipetakan. Ketika melihat tahap-tahap pandemi ini, tampak peningkatan. Epicenter telah bergeser ke AS,” ujar Medha Samant, direktur investasi di Fidelity International.

Sebagai langkah stimulus terkini oleh pemerintah negara-negara di dunia, People's Bank of China (PBOC) memangkas suku bunga 7-day repurchase rate menjadi 2,2 persen dari 2,4 persen. Jumlah pemangkasan ini merupakan yang terbesar sejak 2015.

Selain itu, PBOC juga menggelontorkan likuiditas hingga 50 miliar yuan (US$7,1 miliar) ke dalam sistem perbankan. Bank sentral China tersebut mengatakan langkah ini akan menjaga likuiditas yang cukup untuk membantu perekonomian riil.

Sementara itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berjanji akan mengucurkan A$130 miliar (US$80 miliar) selama enam bulan untuk melindungi pekerjaan di tengah dampak wabah virus corona terhadap perekonomian Negeri Kanguru.

Di Singapura, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) pada hari ini melonggarkan kebijakan moneternya dengan mengurangi slope kisaran nilai tukar mata uangnya menjadi nol yang dimulai dari level kurs efektif nominal dolar Singapura berlaku.

Namun, David Kotok, chief investment officer di Cumberland Advisors Inc., mengatakan bahwa segala asumsi bahwa kondisi ini akan berubah dalam jangka waktu pendek dan semuanya akan baik-baik saja adalah pendapat yang salah.

“Kita menunggu untuk melihat jadwal perawatan, pengujian, dan vaksin. Itu sangat penting bagi kita,” tambahnya.

Ketegangan menjelang akhir kuartal ini juga dapat menambah kegelisahan investor karena perusahaan-perusahaan finansial membatasi pinjaman agunan guna menopang neraca, sementara bank-bank Jepang menghadapi akhir tahun fiskal mereka.

Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah ditutup terdepresiasi tajam 167 poin atau 1,04 persen ke level Rp16.337 per dolar AS, setelah mampu menguat 135 poin atau 0,83 persen dan berakhir di posisi 16.170 pada perdagangan Jumat (27/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper