Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-pilih Saham Rokok, Mana yang Lebih 'Ngebul', HMSP atau GGRM?

Saham emiten rokok disebut masih menarik karena bersifat defensif d tengah situasi ekonomi yang dilanda ketidakpastian.
Sejumlah pekerja pabrik rokok menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran saat pembagian di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (21/5/2019)./ANTARA-Yusuf Nugroho
Sejumlah pekerja pabrik rokok menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran saat pembagian di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (21/5/2019)./ANTARA-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten rokok besar di Indonesia, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) tetap diunggulkan di tengah volatilitas pasar saham yang masih berlanjut. Dalam periode tahun berjalan, saham GGRM dan HMSP sudah terkoreksi 22,78 persen dan 33,57 persen. 

J.P Morgan Sekuritas Indonesia menilai kedua saham produsen rokok itu tetap atraktif karena keduanya memiliki karakter defensif di tengah situasi penuh ketidakpastian.  Analis J.P Morgan Benny Kurniawan, Henry Wibowo dan Jeanette Yutan sepakat bahwa kedua emiten tersebut tidak terlalu berdampak pada penyebaran Covid-19 atau virus corona di Indonesia.

Mereka beralasan, bahan baku tembakau dan cengkeh perseroan dipanen dan dipasarkan mayoritas di dalam negeri. J.P Morgan memproyeksi target harga GGRM mencapai Rp57.600 sedangkan HMSP sebesar Rp1.879.

“Kami melihat risiko penurunan terbatas dari volume penjualan yakni 8 persen untuk GGRM dan 11 persen untuk HMSP. Kami merevisi target harga Desember 2020 yang menyiratkan adanya potensi kenaikan masing-masing 38 persen untuk GGRM dan 24 persen untuk HMSP,” tulis mereka dalam laporan riset J.P Morgan yang dikutip Bisnis, Senin (30/3/2020).

J.P Morgan meyakini tidak ada perubahan material yang mendorong kinerja fundamental sehingga kenaikan harga jual eceran rokok akan berjalan sesuai rencana dan berdampak pada segmen merk kelas bawah.

Meski begitu, sekuritas menjagokan GGRM dibandingkan HMSP. Asumsi tersebut dikarenakan produsen Dji Sam Soe tersebut kalah bersaing dengan GGRM dalam hal memperlebar jangkauan untuk produk premium.

Dalam pandangannya, rata-rata price to earning ratio historis tidak lagi relevan untuk emiten rokok Indonesia mengingat adanya kekhawatiran penurunan volume penjualan akibat investasi di bidang Environmental, Social, and Governance (ESG) dan kenaikan pungutan cukai yang lebih tinggi tahun ini.

Terakhir, sekuritas memperkirakan penurunan target pendapatan HMSP pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 5 persen memperhitungkan pertumbuhan volume yang lebih rendah jika dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni Djarum dan GGRM. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper