Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Global Melemah, Krisis Kesehatan Berubah Jadi Krisis Keuangan

Pasar saham global serempak melemah pada perdagangan siang ini, Senin (23/3/2020), terbebani lonjakan jumlah korban jiwa akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan tak tercapainya kesepakatan dalam Kongres Amerika Serikat soal rencana paket bantuan.
Bursa Efek Frankfurt./ Alex Kraus - Bloomberg
Bursa Efek Frankfurt./ Alex Kraus - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham global serempak melemah pada perdagangan siang ini, Senin (23/3/2020), terbebani lonjakan jumlah korban jiwa akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan tak tercapainya kesepakatan dalam Kongres Amerika Serikat soal rencana paket bantuan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks futures Euro Stoxx 50 terguling 3,4 persen dan indeks futures S&P 500 anjlok 2,8 persen pada pukul 7.13 pagi waktu London (pukul 14.13 WIB).

Pada saat yang sama, indeks MSCI Asia Pacific merosot 2,6 persen, S&P/ASX 200 Australia terjerembap 5,6 persen, Kospi Korea Selatan turun tajam 5,3 persen, Hang Seng Hong Kong terperosok 4,4 persen, dan Shanghai Composite melemah 3,1 persen.

Hingga Senin (23/3) siang WIB, jumlah total kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru, mencapai lebih dari 340.000 kasus, dengan lebih dari 14.000 korban jiwa dan hampir 100.000 orang dinyatakan sembuh di seluruh dunia.

Meski demikian, di tengah aksi jual yang memukul rata-rata bursa saham di Asia, indeks Topix Jepang mampu menguat sekitar 0,7 persen.

Sejumlah analis memperkirakan ketahanan negara tersebut di tengah melonjaknya tingkat infeksi coronavirus (COVID-19) dan lockdown yang diberlakukan oleh sejumlah negara.

"Saya merasa bahwa kegiatan ekonomi Jepang belum banyak terhenti. Kereta cukup ramai setiap hari seperti biasa," terang Kepala Fund Manager Shinkin Asset Management Co. Naoki Fujiwara.

Fujiwara juga memuji kebijakan Bank of Japan karena mampu "mendukung pasar”. Namun, ia memperingatkan bahwa masih ada kekhawatiran bahwa wabah di dalam negeri dapat memburuk.

Sementara itu, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama setelah bank sentral AS Federal Reserve dan bank sentral negara lain memperkenalkan operasi harian untuk menyediakan dolar di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat, kubu Demokrat memblokir upaya Senat AS untuk dapat meloloskan paket bantuan bernilai besar-besaran. Menurut Ketua DPR Nancy Pelosi, langkah ini gagal mencapai tujuannya.

Baik Demokrat maupun Republik belum menemui kata sepakat pada sejumlah opsi, yang di antaranya mencakup anggaran sebesar US$500 miliar untuk membantu perusahaan termasuk maskapai penerbangan dan pemerintah daerah.

Di sisi lain, Ekonom Morgan Stanley memperingatkan epidemi corona dapat menyebabkan PDB AS menyusut hingga 30 persen pada kuartal II/2020. Pandemi virus corona dikatakan akan menimbulkan resesi yang lebih dalam bagi ekonomi AS daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Adapun, Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mengatakan tingkat pengangguran AS kemungkinan akan mencapai 30 persen.

“Rentang dispersi dalam proyeksi dampak ekonomi menggambarkan betapa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah krisis kesehatan yang mulai berubah menjadi krisis keuangan,” ujar Constance Hunter, kepala ekonom di KPMG, seperti dilansir Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper