Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Alami Trading Halt, Indeks Kospi Ditutup Melemah 5 Persen Lebih

Bursa saham Korea Selatan turun lebih dari 5 persen pada perdagangan Senin (23/3/2020) menyusul meningkatnya kekhawatiran investor atas dampak dari virus corona (COVID-19) terhadap perekonomian.
Seorang penjaga keamanan berjalan di bawah monitor di Bursa Efek Korea di Seoul./ SeongJoon Cho - Bloomberg
Seorang penjaga keamanan berjalan di bawah monitor di Bursa Efek Korea di Seoul./ SeongJoon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Korea Selatan turun lebih dari 5 persen pada perdagangan Senin (23/3/2020) menyusul meningkatnya kekhawatiran investor atas dampak dari virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi ditutup melemah 5,34 persen atau 83,69 poin k elevel 1.482,46. Adapun indeks KOSDAQ melemah 5,13 persen.

Perdagangan di bursa Kospi sempat terhenti hanya enam menit setelah pembukaan perdagangan karena anjlok lebih dari lima persen. Penghentian perdagangan selama lima menit juga dikeluarkan di pasar sekunder KOSDAQ di awal perdagangan.

Sebanyak 17 dari 18 sektor pada indeks Kospi berakhir melemah. Dipimpin oleh sektor peralatan listrik dan elektronik. Sementara itu, 714 dari 792 saham melemah dan hanya 61 saham yang menguat.

Saham Samsung Electronics Co. berkontribusi terbesar terhadap penurunan indeks dengan pelemahan 6,4 persen. Sementara itu, saham Conbuzz Co. anjlok 29,9 persen, penurunan terbesar di antara saham lainnya.

Pelemahan indeks sempat melandai setelah otoritas kesehatan Korea Selatan melaporkan angka infeksi Covid-19 harian terendah dalam hampir satu bulan terakhir. Jumlah kasus bertambah 64 dan menjadikan total infeksi Covid-19 di negara tersebut menjadi 8.961.

Namun, indeks memperpanjang penurunan di sesi II setelah gagal bertahan di atas level 1.500.

"Sentimen investor masih tetap goyah karena lonjakan kasus baru Covid-19 di AS dan Eropa," ungkap Seo Sang-young, analis di Kiwoom Securities, seperti dikutip Yonhap News.

"Eropa dan AS akan mengumumkan indeks manufaktur utama mereka pekan ini, tetapi karena pelaku pasar telah memperkirakan angka yang lemah, kekhawatiran pasar dapat tumbuh lebih jauh," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper