Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih Murah dari Harga Maskernya, Tertarik Pinang Saham Sri Isman Rezeki (SRIL)?

Harga masker Sritex dibanderol Rp5.500, setara dengan 41 lembar saham Sritex.
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo

Bisnis.com,JAKARTA— Saham emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex masih diperdagangkan dengan valuasi murah dan jauh di bawah dari harga penawaran umum perdana saham. 

Emiten berkode saham SRIL itu kini tengah kebanjiran pesanan masker nonmedis yang dapat dicuci dan dipakai ulang. Produsen tekstil yang dikenal sebagai pengekspor seragam militer itu memproduksi masker nonmedis yang dibanderol seharga Rp5.500 per lembar.

Harga masker nonmedis yang dijual perseroan itu jauh lebih tinggi dari harga saham SRIL per lembar. Berdasarkan data Bloomberg, saham SRIL diperdagangkan menguat 11 poin atau 9,09 persen ke level Rp132 pada penutupan sesi pertama perdagangan, Senin (23/3/2020).

Sebagaimana dilansir Sritex, harga masker dibanderol Rp5.500 dengan pemesanan minimum 1.000 potong. Dengan kata lain, perlu dana Rp5,5 juta untuk memboyong masker tersebut. Bila digunakan untuk membeli saham Sritex saat ini seharga Rp132 per lembar, dana Rp5,5 juta akan setara 416 lot saham.

Dalam setahun terakhir, pergerakan saham SRIL memang tengah berada dalam tren negatif. Pasalnya, laju saham produsen tekstil itu ambles 61,63 persen.

Sepanjang periode itu, investor asing pun tercatat mencetak net sell atau jual bersih senilai Rp188,00 miliar. Total kapitalisasi pasar yang dimiliki SRIL senilai Rp2,70 triliun dan price earning ratio (PER) 1,97 kali hingga penutupan sesi pertama, Senin (23/3/2020).

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai secara umum saham SRIL saat ini cukup menarik. Pasalnya, valuasi yang yang dimiliki terbilang murang dengan kapitalisasi pasar Rp2,6 triliun dan ekuitas US$583 juta atau sekitar Rp9 triliun.

“Artinya, price to book value (PBV) hanya 0,3 kali,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).

Kendati demikian, dia juga menyebut SRIL memiliki utang yang cukup besar dalam dolar Amerika Serikat meski penerimaannya dalam mata uang yang sama. Menurutnya, para pelaku pasar saat ini sedang mengkhawatirkan ekspor perseroan sehingga cenderung wait and see. 

“Tetapi hal bagus dari SRIL 95,4% customer dari SRIL itu loyal customer. Kalau dilihat dari earning growth SRIL juga membukukan laba yang bertumbuh dari tahun ke tahun [sejak 2012 sampai sekarang perusahaan membukukan CAGR laba sebesar 27 persen per tahun],” paparnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, SRIL mengantongi pertumbuhan penjualan 17,16 persen menjadi US$895,08 juta pada kuartal III/2019. Dari situ, laba bersih yang diamankan tumbuh 2,45 persen menjadi US$72,22 juta.

Penjualan SRIL ke Amerika Serikat dan Amerika Latin tercatat tumbuh paling tinggi sebesar 191,38 persen. Posisi selanjutnya ditempati oleh Uni Emirat Arab 179,13 persen dan Eropa 60,93 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper