Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Bargain Hunting, Bursa Asia Melonjak

Bursa Asia berhasil membukukan penguatan pertamanya dalam pekan yang penuh gejolak. Investor ramai-ramai melakukan aksi bargain hunting di tengah langkah otoritas global untuk membendung pandemi virus corona (Covid-19).
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia berhasil membukukan penguatan pertamanya dalam pekan yang penuh gejolak. Investor ramai-ramai melakukan aksi bargain hunting di tengah langkah otoritas global untuk membendung pandemi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific melonjak 3,4 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (20/3/2020), siap mematahkan rentetan koreksinya yang telah dicatatkan selama tujuh hari beruntun sebelumnya.

Kondisi ini mencerminkan sentimen di Amerika Serikat, ketika indeks S&P 500 mampu rebound dan ditutup naik 0,47 persen pada perdagangan Kamis (19/3/2020), didorong serangkaian langkah ekonomi dan finansial dari para pembuat kebijakan global guna meredakan gejolak pasar.

Dipimpin oleh saham teknologi dan minyak, indeks saham di penjuru kawasan Asia pun melonjak dari hari sebelumnya.

Indeks saham Filipina melonjak 3,4 persen setelah tumbang sebanyak 24 persen pada Kamis. Sementara itu, bursa saham di Korea Selatan yang sempat babak belur ditutup naik tajam 7,4 persen.

Kendati demikian, Senior Market Analyst di Oanda Asia Pacific Pte. Jeffrey Halley berpendapat sentimen pasar tetap rapuh meskipun pasar menguat.

“Meski hari ini adalah akhir yang disambut baik untuk pekan yang penuh gejolak, sentimen tetap rapuh,” ujar Halley, seperti dilansir dari Bloomberg.

“Kita telah melihat banyak contoh dalam beberapa kali rally yang berubah menjadi kemerosotan dalam waktu yang dua kali lipat lebih cepat,” tambahnya.

Pemerintah di seluruh dunia telah berjanji atau tengah mempertimbangkan dukungan fiskal senilai US$3 triliun, menghadapi jatuhnya sentimen bisnis dan penurunan di pasar keuangan.

Pada Jumat (20/3), bank sentral Selandia Baru mengumumkan akan menawarkan pinjaman berjangka kepada bank-bank, perangkat yang terakhir kali digunakan selama krisis keuangan.

Sementara itu, Australia sedang mengupayakan paket stimulus kedua yang "jauh lebih besar" dibandingkan dengan injeksi fiskal senilai A$17.6 miliar (US$10,1 miliar) pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper